Bisnis.com, JAKARTA- PT Pupuk Indonesia (Persero) melaporkan dampak pemanfaatan harga gas bumi tertentu (HGBT) untuk sektor pupuk selama 3 tahun terakhir. Kendati, masih terjadi kendala dari sisi penyaluran pasokan gas.
Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi mengatakan harga gas murah untuk industri yang berlaku sejak 2020 lalu itu mampu menghemat biaya subsidi pupuk secara signifikan.
"Penghematan subsidi selama 3 tahun karena diberlakukannya HGBT, subsidi itu dihemat Rp21,7 triliun," kata Rahmad saat RDP bersama Komisi VII dan Dirjen Migas Kementerian ESDM, Rabu (3/4/2024).
Menurut Rahmad, setelah menghemat Rp21,7 triliun pun, Pupuk Indonesia masih menanggung tagihan kepada pemerintah sebesar Rp16,5 triliun. Artinya, HGBT mampu meringankan beban perseroan yang menanggung piutang subsidi.
Di samping itu, hal ini juga mendorong potensi kontribusi Rp44,3 triliun kepada negara dalam bentuk dividen dan pajak.
"Jadi memang HGBT ini dampaknya signifikan karena pupuk urea [berkontribusi] 71% nya dari gas, dan NPK itu 5%," tuturnya.
Baca Juga
Dia pun kembali menekankan dampak jika HGBT tidak dilanjutkan, maka anggaran subsidi akan meningkat. Menurut Rahmad, setiap US$1 kenaikan harga gas maka akan berpengaruh pada kenaikan beban subsidi sebesar Rp2,23 triliun atau alokasi subsidinya turun 0,6 juta ton.
Lebih lanjut, terkait dengan kebutuhan gas untuk pupuk pada 2024 yakni sebesar 820 MMSCFD, lebih rendah dari alokasi yang ditentukan dalam Keputusan Menteri ESDM 853 MMSCFD.
Sementara itu, realisasi pasokan sampai dengan Maret 2024 baru mencapai 787 MMSCFD. Rahmad menyebut masih ada 3 anak usaha nya yang belum mendapat sesuai kebutuhan gas.