Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menuturkan, perseroan telah menahan harga bahan bakar minyak (BBM) penugasan dan komersial selama 2 bulan lebih.
Padahal, Nicke menuturkan, kompetitor swasta lainnya telah menaikkan harga BBM sekelas RON 92 atau Pertamax beberapa kali awal tahun ini. Nicke menerangkan, selisih harga BBM RON 92 Pertamina dengan kompetitor swasta telah mencapai Rp1.000 sampai dengan Rp2.000 per liter.
“Kami melihat per hari ini, kami sudah 2 bulan ini tidak melakukan kenaikan harga,” kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI, Jakarta, Kamis (28/3/2024).
Nicke mengatakan, perseroan melakukan pengaturan stok serta subsidi silang untuk menjamin harga BBM yang dijual ke masyarakat tetap terjaga, kendati harga minyak mentah dunia belakangan rebound.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (26/3/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2024 menguat 0,05% atau menjadi US$81,99 per barel pada pukul 18.07 WIB. Kemudian, harga minyak Brent kontrak Mei 2024 melemah -0,06% ke level US$86,70 per barel.
Harga minyak mentah telah meningkat hampir sebesar 13% dalam sepanjang kuartal ini, setelah menembus kisaran ketat yang terjadi pada beberapa bulan pertama.
Baca Juga
“Karena kami melihat dengan pengaturan stok dan inventory dan subsidi silang ini, kami masih bisa mengatasi menggunakan harga yang di Januari,” kata Nicke.
Sementara itu, PT Pertamina Patra Niaga masih mengkaji potensi kebutuhan tambahan subsidi dan kompensasi untuk menahan harga BBM subsidi dan nonsubsidi tetap stabil hingga Juni 2024.
“RON 92 harga kami dengan kompetitor itu selisihnya lebih murah antara Rp1.000 sampai dengan Rp2.000, ini kita ambil RON 92 yang banyak dilakukan,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah bakal kembali menyalurkan belanja subsidi untuk memenuhi kebutuhan energi bagi masyarakat.
“Tadi diputuskan dalam sidang kabinet paripurna, tidak ada kenaikan listrik, tidak ada kenaikan BBM sampai dengan Juni, baik itu subsidi dan non-subsidi,” kata Airlangga kepada wartawan di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (26/2/2024).
Untuk memenuhi kebijakan ini, Airlangga menekankan bahwa pemerintah membutuhkan tambahan anggaran bagi Pertamina maupun PT PLN (Persero) selaku penyedia dua jenis energi tersebut.
Pemerintah telah berencana melebarkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 untuk memenuhi kebutuhan anggaran ini. Meski demikian, Airlangga tidak menyebutkan berapa jumlah kebutuhan anggarannya.
“Itu akan membutuhkan additional anggaran untuk Pertamina maupun PLN. Itu akan diambil dari SAL [Sisa Anggaran Lebih] atau pelebaran defisit anggaran di 2024,” ujarnya.
Pasalnya, dalam rapat tersebut pemerintah turut menetapkan outlook defisit APBN 2024 di rentang 2,3% hingga 2,8%, naik sekitar 0,5% dari rencana APBN awal yang sebesar 2,29%.