Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian BUMN memberikan perkembangan terbaru terkait proses integrasi maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) ke dalam ekosistem Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata, InJourney.
Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga menyampaikan bahwa Kementerian BUMN tengah menunggu laporan terkini soal kondisi kesehatan keuangan Garuda Indonesia. Dia menuturkan, setelah kondisi keuangan Garuda dinilai sehat dan aman, perseroan baru dapat diintegrasikan menjadi bagian InJourney.
Meski demikian, Arya tidak memberikan rentang atau target waktu secara pasti kapan Garuda Indonesia akan resmi masuk ke InJourney
“Tunggu dia sehat dan matang dulu [keuangan GIAA]. Pokoknya kalau sudah bagus, dia akan masuk InJourney,” kata Arya di Kompleks Parlemen, Jakarta pada Selasa (19/3/2024).
Arya juga membantah kondisi keuangan Garuda Indonesia saat ini belum cukup optimal untuk diintegrasikan ke InJourney. Dia mengatakan, perseroan saat ini tengah berada dalam tahap konsolidasi.
“Dia bukan nggak sehat, itu hanya sedang proses konsolidasi saja,” imbuhnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, proses integrasi perseroan ke dalam bagian InJourney tengah diupayakan rampung sebelum masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berakhir.
Irfan memaparkan, proses integrasi tersebut serupa dengan yang dilakukan oleh BUMN pengelola bandara di Indonesia, yakni PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II yang dimasukkan ke dalam subholding InJourney Airports atau PT Angkasa Pura Indonesia.
Irfan belum dapat menyebutkan waktu pasti kapan Garuda Indonesia akan resmi masuk menjadi bagian InJourney. Tetapi, Irfan menyebut proses ini tengah diupayakan selesai sebelum adanya pergantian pemerintahan dari Presiden Joko Widodo ke pemenang Pilpres 2024.
“Timing-nya kami belum tahu, tetapi ada upaya ini terealisasi sebelum pergantian pemerintahan," kata Irfan.
Adapun, Irfan mengatakan saat ini pihaknya tengah fokus memperbaiki kondisi keuangan perusahaan, terutama dari sisi ekuitas. Irfan menuturkan, saat ini kondisi ekuitas Garuda Indonesia masih negatif.
Dia pun juga menyebut, Garuda Indonesia telah menyiapkan beberapa strategi untuk memperbaiki ekuitas perseroan.