Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BRI Sebut Masih Butuh 100 Juta UMKM untuk Capai Target Indonesia Emas

Untuk menuju negara makmur pada 2032-2034 diperlukan adanya akselerasi pada penambahan jumlah UMKM sehingga secara agregat nanti mendapatkan produktivitas.
Pegawai merapikan oleh-oleh di Pusat Oleh-Oleh NTT Ibu Soekiran, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan oleh-oleh di Pusat Oleh-Oleh NTT Ibu Soekiran, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menilai perlu adanya akselerasi pada penambahan jumlah Usaha Mikro Kecil Menegah (UMKM) menjadi sebanyak 96-100 juta untuk menuju Indonesia Emas.

Direktur Bisnis Mikro BBRI Supari menjelaskan Indonesia memiliki optimisme dalam penguatan peran UMKM yang dapat diakselarasi dari sisi literasi dan orkestrasi dari pemangku kebijakan.

Dia menegaskan sebagai tulang punggung perekonomian nasional, peran UMKM di Indonesia perlu terus didorong agar kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi semakin besar. 

Oleh karenanya, Supari berpendapat untuk menuju negara yang makmur pada 2032-2034 diperlukan adanya akselerasi pada penambahan jumlah UMKM sehingga secara agregat nanti mendapatkan produktivitas. Selain itu, lanjutnya, perlu dilakukan akselarasi pada produktivitas UMKM itu sendiri.

Tak hanya itu, pemerintah juga perlu membangun motivasi pada masyarakat Indonesia untuk ingin menjadi pelaku UMKM.  Hal tersebut dapat dibangun dengan kebijakan pemerintah yang nyata dan konkret memberikan insentif-insentif pada seluruh warga negara untuk menjadi pengusaha. 

"Kalau itu terjadi, maka sesungguhnya dengan bonus demografi Indonesia, pada 2032-2034 jumlah UMKM kita mencapai 83 juta, dan itu belum cukup. Maka dengan akselerasi ini UMKM mesti sebesar 96-100 juta untuk menuju Indonesia Emas,” ujarnya melalui keterangan resmi, Senin (11/3/2024).

Supari menilai literasi juga diperlukan untuk meningkatkan produktivitas.  Hal ini penting guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, seluruh pemangku kepentingan, baik swasta maupun pemerintah, perlu mempererat kerja sama agar peran UMKM makin optimal.  

Saat ini BRI telah mengimplementasikan perbankan digital hingga ke tingkat warung kecil, dengan mengelola 740.000 agen BRILink dan transaksi tahunan mencapai Rp1.400 triliun. Inisiatif ini dianggap telah mengurangi dominasi rentenir dan memperkuat sektor keuangan mikro

Signifikansi UMKM bagi perekonomian nasional diakui oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Presiden Jokowi menyatakan terdapat 65 juta UMKM di Indonesia, yang berkontribusi sebesar 61% terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional dan menyerap tenaga kerja sebesar 97%. 

“Sebuah angka yang sangat besar sekali. Oleh sebab itu, kalau kita memberikan perhatian khusus kepada UMKM itu tidak salah,” ujar Kepala Negara.

Presiden Jokowi menambahkan tentang bantuan pemerintah dalam bentuk subsidi untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp46 triliun yang bertujuan menurunkan suku bunga bagi UMKM. 

Menurutnya, program pembiayaan mikro dan peningkatan kualitas produk UMKM, termasuk peningkatan kemasan dan penjenamaan (branding), menjadi faktor penting dalam memperkuat daya saing dan kemampuan UMKM. 

Senada, Direktur Penjualan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) Ivan Cahyadi menjelaskan bahwa para UMKM saat ini masih butuh dibimbing, didampingi, dan diberikan akses. 

“Kita mesti penetrasi untuk meningkatkan produktivitas, menggeser UMKM kita yang sekarang masih di level informal menjadi formal. Literasi yang paling dibutuhkan adalah literasi digital, yang tidak hanya pada pada perluasan pasar tetapi juga dari proses produksi, evaluasi, dan inovasi,” imbuhnya.

Dia memaparkan lebih dari 60 juta UMKM di Indonesia, masih ada sekitar 4 juta pedagang retail tradisional di seluruh Indonesia yang belum terkelola dengan baik. Mereka hidup was-was karena begitu ada pelaku usaha yang lebih modern dan lebih kuat modalnya, ada ancaman untuk tutup.

Saat ini, perseroan telah memiliki program Sampoerna Retail Community (SRC) Para pelaku retail tradisional inilah yang konsisten dibina oleh Sampoerna melalui program SRC. Pada awal 2024, SRC memiliki jaringan yang mencapai lebih dari 250.00 toko kelontong di seluruh Indonesia yang tergabung dalam 8.200 Paguyuban dan bermitra dengan lebih dari 6.300 toko grosir yang tergabung bersama Mitra SRC.

Dengan anggota sebesar itu, tambah Ivan, SRC telah memberikan dampak nyata, tidak hanya bagi para pemilik toko, tetapi juga untuk masyarakat luas dan Indonesia.

Berdasarkan riset, omzet Toko SRC secara keseluruhan pada tahun 2022 diperkirakan mencapai Rp236 triliun atau setara dengan 11,4 persen PDB Ritel Nasional tahun 2022. Selain itu, para pemilik Toko SRC juga merasakan kenaikan omzet hingga 42% setelah bergabung menjadi Toko SRC.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper