Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN menargetkan proyek Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kilovolt (kV) Muara Enim-New Aur Duri dapat beroperasi pada akhir 2026.
Proyek yang masuk ke dalam paket III pengerjaan transmisi jaringan listrik Sumatra Muara Enim-Perawang itu sebelumnya dikerjakan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT).
Hanya saja, proyek dengan nilai kontrak Rp2,68 triliun itu belakangan mangkrak akibat kesulitan pendanaan kontraktor, Waskita.
Belakangan, PLN menterminasi kontrak Waskita dan membuka lelang untuk kelanjutan proyek tol listrik Sumatra Selatan menuju Sumatra Utara tersebut.
“Saat ini prosesnya masih dalam tahap pengadaan kontrak kelanjutan dan ditargetkan beroperasi pada akhir 2026,” kata Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN Gregorius Adi Trianto saat dihubungi, Selasa (12/3/2024).
Greg mengatakan, kelanjutan paket III proyek transmisi jaringan listrik Sumatra Muara Enim-Perawang itu bakal menjadi backbone di Pulau Sumatra.
Baca Juga
Adapun, megaproyek triliunan rupiah itu dibagi ke dalam tiga paket pengerjaan. Paket I New Aur Duri-Peranap dengan nilai kontrak mencapai Rp4,42 triliun. Lalu, paket II Peranap-Perawang dengan nilai kontrak sebesar Rp2,94 triliun dan paket III membentang dari Muara Enim-New Aur Duri dengan nilai kontrak sebesar Rp2,68 triliun.
Nilai kontrak yang disepakati itu belakangan menggelembung lantaran keterlambatan konstruksi bertahun-tahun. Situasi itu yang kemudian menjadi dasar perhitungan BPK atas potensi kenaikan BPP minimal Rp13,91 triliun.
“SUTET 500 kV tersebut nantinya akan menjadi backbone jaringan transmisi di Pulau Sumatra,” kata Greg.
Seperti diberitakan sebelumnya, Waskita menerangkan keterlambatan penyelesaian proyek transmisi 500 kV itu disebabkan karena masalah pendanaan serta pandemi Covid-19 sejak awal 2020 lalu.
“Pada 2021, Waskita induk melakukan restrukturisasi utang perbankan sebagai salah satu program penyehatan yang menyeluruh,” kata SVP Corporate Secretary WSKT Ermy Puspa Yunita kepada Bisnis.
Di sisi lain, Ermy menambahkan, PLN telah melakukan konsultasi terkait dengan penyaluran daya PLTU Sumsel 8 yang rencananya melewati jalur transmisi listrik tersebut.
Hasilnya, kata dia, penyaluran daya dari PLTU Sumsel 8 yang awalnya lewat sistem 500 kV, diubah menjadi sistem 275 kV.
“Hingga SUTET 500 kV Sumatra selesai dibangun,” kata Ermy.
Akibat berlarut-larutnya pembangunan transmisi 500 kV Sumatra Muara Enim-Perawang, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menghitung adanya potensi kenaikan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik PLN mencapai minimal Rp13,91 triliun.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menghitung potensi kenaikan BPP listrik akibat berlarut-larutnya pembangunan transmisi 500 kV Sumatra Muara Enim-Perawang mencapai minimal Rp13,91 triliun.
Selain itu, molornya pengerjaan transmisi diketahui sempat membuat PLN meminta jadwal operasi komersial (COD) PLTU Sumsel-8 diundur beberapa kali. PLTU mulut tambang ini merupakan garapan PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP), usaha patungan antara PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dengan China Huadian Hongkong Company Ltd (CHDHK).
Pembangkit itu baru benar-benar COD pada 7 Oktober 2023 atau mundur 2 tahun dari rencana setelah amendemen. Adapun, opsi untuk memundurkan kembali COD sembari menanti kelanjutan proyek transmisi 500 kV tidak dimungkinkan lagi lantaran HBAP mesti membayar pokok hutang mulai Maret 2023 sebesar US$55 setara dengan Rp863,72 miliar.
BPK menghitung potensi take or pay (ToP) PLTU Sumsel 8 sepanjang 2023 sampai dengan 2025 mencapai Rp2,04 triliun, asumsi evakuasi daya melalui transmisi 275 kV, COD unit 1 mundur menjadi Agustus 2023 dan unit 2 mundur menjadi Januari 2024.