Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) di China mengalami peningkatan untuk pertama kalinya dalam 6 bulan terakhir karena pengeluaran yang terkait dengan tahun baru Imlek.
Hal ini memberikan sedikit kelonggaran perekonomian China yang tengah bergulat dengan lemahnya sentimen konsumen, sementara harga-harga di tingkat pabrik kembali turun.
Melansir Reuters, Minggu (10/3/2024) Indeks harga konsumen (IHK) naik 0,7% secara tahunan pada Februari, berdasarkan data dari Biro Statistik Nasional.
Pertumbuhan harga konsumen secara tahunan ini juga merupakan yang tertinggi dalam 11 bulan terakhir, didukung oleh kenaikan beberapa bahan makanan utama seperti daging babi dan sayuran segar, serta perjalanan di tengah-tengah kesibukan musiman di sekitar Tahun Baru Imlek pada Februari.
Pada bulan sebelumnya, IHK tercatat mengalami deflasi 0,8%, penurunan yang paling tajam selama lebih dari 14 tahun.
Sementara indikator terbaru lainnya, seperti angka perdagangan yang tercatat jauh lebih kuat dari perkiraan minggu ini, telah menunjukkan perbaikan di beberapa sektor ekonomi, tapi para analis memperingatkan bahwa pemulihan penuh belum terjadi.
Baca Juga
"Masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa deflasi di RRT telah berakhir," kata Zhiwei Zhang, Presiden dan Kepala Ekonom di Pinpoint Asset Management.
Dia mengatakan, permintaan domestik di China masih cukup lemah, sementara penjualan properti apartemen-apartemen baru belum stabil.
Pada Februari 2024, inflasi bulanan tercatat sebesar 1,0%, melampaui kenaikan 0,3% pada Januari dan pertumbuhan 0,7% yang diperkirakan oleh para ekonom.
Di sisi lain, indeks harga produsen (IHP) turun sebesar 2,7% dari tahun sebelumnya pada Februari, lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan 2,5% pada bulan sebelumnya.
Risiko deflasi karena permintaan yang terus melemah dinilai tetap menjadi salah satu hambatan utama pada pertumbuhan China secara keseluruhan.
"Kami hanya memperkirakan pemulihan moderat pada inflasi IHK dan IHP meskipun target inflasi IHK sebesar 3%, dan penurunan properti yang lebih dalam dapat menimbulkan risiko deflasi yang lebih besar," kata para ekonom di UBS.