Bisnis.com, JAKARTA - Baru-baru ini China telah menetapkan target ambisius dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5% pada 2024. Negaranya juga menjanjikan langkah-langkah untuk mendorong perekonomiannya.
Perdana Menteri China Li Qiang pada Selasa (5/3/2024) ketika melaporkan laporan kerja pertama pada Kongres Rakyat Nasional, mengaku bahwa untuk mencapai target tersebut dinilai tidaklah mudah. Bahkan, diperlukan sikap fiskal yang proaktif dan kebijakan moneter yang hati-hati.
“[Target tersebut mempertimbangkan] kebutuhan untuk meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan serta mencegah dan mengurangi risiko,” terangnya, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/3).
Adapun, Li menjanjikan beberapa langkah-langkah untuk mengubah model pembangunan negaranya dan mengurangi risiko dari sektor properti. Ia juga menandai belanja pertahanan yang tinggi dan memperkuat retorika terhadap Taiwan.
Pertama, negara yang dipimpin Xi Jinping ini berencana untuk menerapkan defisit anggaran sebesar 3% dari output perekonomian, turun dari revisi 2023 sebesar 3,8%. China juga berencana untuk menerbitkan 1 triliun yuan atau sekitar Rp2.192 triliun, dalam bentuk obligasi khusus ultra-jangka panjang, yang tidak termasuk dalam anggaran.
Kuota penerbitan obligasi khusus untuk pemerintah daerah ditetapkan sebesar 3,9 triliun yuan, dibandingkan dengan 3,8 triliun yuan pada 2023. China juga menetapkan target inflasi konsumen sebesar 3% dan bertujuan untuk menciptakan lebih dari 12 juta pekerjaan perkotaan pada 2024, dengan menjaga tingkat pengangguran sekitar 5,5%.
Baca Juga
Kemudian, anggaran pertahanan China juga telah meningkat dua kali lipat sejak Presiden Xi Jinping berkuasa lebih dari satu dekade yang lalu. Berdasarkan penelitian dari International Institute for Strategic Studies, tahun ini kemudian menjadi tahun ke-30 peningkatan belanja pertahanan secara berturut-turut.
China kini juga menghadapi krisis demokrasi yang mengancam peralihan ke model pertumbuhan yang didorong oleh konsumen. Pihak pemerintah berjanji untuk meningkatkan kebijakan yang mendukung persalinan, meningkatkan tunjangan dan pensiun dasar bagi populasi lansia yang semakin bertambah.
Di sektor properti, Li berjanji untuk membiayai proyek-proyek yang “dapat dibenarkan” dan menyediakan lebih banyak perumahan sosial.
Meskipun China ingin menahan kelebihan kapasitas industri, Li juga menandai lebih banyak sumber daya untuk inovasi teknologi dan manufaktur maju, yang disebutnya sebagai kekuatan produktif baru.
China juga akan mencabut pembatasan investasi asing di sektor manufaktur, dan merumuskan rencana pengembangan komputasi kuantum, data besar, dan kecerdasan buatan (AI) seiring China yang berusaha untuk mencapai swasembada teknologi.