Bisnis.com, JAKARTA - China menyatakan akan meningkatkan anggaran belanja pertahanannya sebesar 7,2% pada tahun ini.
Anggaran belanja itu turut meningkatkan anggaran militer negaranya lebih dari dua kali lipat, di bawah pemerintahan Presiden Xi Jinping selama lebih dari satu dekade.
Dilansir Reuters, peningkatan anggaran pertahanan China tersebut juga secara langsung menyatakan sikap yang lebih keras untuk melawan Taiwan.
Perdana Menteri Li Qiang pada pembukaan Kongres Rakyat Nasional (NPC), tidak menyebutkan reunifikasi secara damai dengan Taiwan dalam laporan kerja pemerintah yang disampaikan pada Selasa (5/3/2024).
Seperti diketahui, ketegangan meningkat tajam terkait Taiwan dalam beberapa tahun terakhir, pulau yang diperintah secara demokratis dan diklaim China sebagai miliknya.
Seorang sarjana pertahanan di Rajaratnam School of International Studies di Singapura Li Ming-jiang mengatakan bahwa meskipun perekonomian China sedang mengalami kesulitan, Taiwan merupakan pertimbangan utama bagi belanja pertahanan Beijing.
Baca Juga
“China menunjukkan bahwa dalam dekade mendatang, mereka ingin mengembangkan militernya hingga siap memenangkan perang jika tidak punya pilihan selain berperang [dengan Taiwan],” kata Li, dilansir Reuters, pada Selasa (5/3/2024).
Sejak Xi Jinping menjadi presiden dan panglima tertinggi lebih dari satu dekade lalu, anggaran pertahanan China telah membengkak menjadi 1,67 triliun yuan (US$230,60 miliar) pada tahun ini, dari 720 miliar yuan pada 2013.
Persentase kenaikan belanja militer China secara konsisten melampaui target pertumbuhan ekonomi domestik tahunan selama masa jabatan Xi.
Menurut laporan kerja pemerintah, target pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2024 adalah sekitar 5%, serupa dengan target pada tahun lalu.
Anggaran pertahanan China kini diawasi dengan ketat oleh negara-negara tetangga dan Amerika Serikat (AS) yang mewaspadai niat Beijing dalam pengembangan angkatan bersenjatanya.
Menurut Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) yang berbasis di London, pembelian senjata baru China kemungkinan akan menghabiskan sebagian besar anggaran, karena militernya berupaya mencapai tujuan Xi Jinping dalam modernisasi penuh pada 2035.
Berdasarkan data IISS, anggaran tahun ini menandai peningkatan belanja pertahanan China selama 30 tahun berturut-turut.
Laporan kerja pemerintah menunjukan, bahwa China mengulangi seruan untuk penyatuan kembali dengan Taiwan, namun menambahkan penekanan bahwa China ingin bersikap tegas dalam melakukan hal tersebut dan menghilangkan istilah “damai”, yang telah digunakan dalam laporan sebelumnya.
Meskipun ini bukan pertama kalinya China menghilangkan kata damai, perubahan bahasa tersebut diartikan sebagai kemungkinan tanda sikap yang lebih tegas terhadap Taiwan.
Menteri Pertahanan Taiwan menyatakan bahwa angkatan bersenjatanya akan meningkatkan jumlah latihan rudal yang mereka adakan pada tahun ini, pada Selasa (5/3/2024).
Sementara itu, seorang ilmuwan politik dan peneliti non-residen di Dewan Atlantik, Wen Ti-sung mengatakan bahwa bahasa Taiwan selama ini juga sudah cukup keras.
“Beijing tampaknya menyeimbangkan antara memproyeksikan peningkatan ketangguhan terhadap Taiwan dengan menstabilkan hubungan dengan teman-teman internasional Taiwan,” katanya.
Adapun setelah Lai Ching-te dari Partai Progresif Demokratik memenangkan pemilihan presiden (pilpres) di Taiwan, pemimpin peringkat keempat Partai Komunis China, Wang Hun-ing mengatakan pada pertemuan tingkat tinggi kebijakan Taiwan bahwa China akan dengan tegas melawan segala upaya terhadap kemerdekaan Taiwan di tahun ini.