Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas berharap perseroan mendapat persetujuan perpanjangan ekspor konsentrat tembaga dan lumpur anoda sampai dengan Smelter Manyar, Gresik, beroperasi penuh pada Desember 2024.
Menurut Tony, dasar hukum ekspor sampai akhir tahun itu telah diatur dalam izin usaha pertambangan khusus (IUPK) PTFI. Hanya saja, Tony enggan memberi keterangan pasti ihwal keputusan akhir soal perpanjangan ekspor tersebut.
Dia hanya mengatakan pemerintah masih menyiapkan persetujuan tertulis ihwal kelanjutan ekspor konsentrat yang saat ini ditenggat berakhir Mei 2024.
“Ya, masih memerlukan, persetujuan yang tertulis katanya,” kata Tony saat ditemui di Jakarta, Selasa (5/3/2024).
Sesuai dengan perjanjian dalam IUPK PTFI, Tony menambahkan, perseroan mestinya dapat melanjutkan ekspor konsentrat sampai Smelter Manyar beroperasi penuh nantinya.
Adapun, pengerjaan smelter dengan nilai investasi US$3,17 miliar atau sekitar Rp48 triliun itu telah memasuki masa precommisioning. Harapannya, commisioning bisa selesai pada Mei 2024 dan siap beroperasi bulan berikutnya.
Baca Juga
Rencananya, tahap produksi perdana dari Smelter Manyar bakal dimulai dengan tingkat 50% dari total kapasitas smelter, dengan jumlah sekitar 32.000 wet metrik ton (wmt) konsentrat dapat dimurnikan.
Selanjutnya, kapasitas pemurnian konsentrat itu bakal ditingkatkan mencapai 100% pada Desember 2024. PTFI menargetkan pada periode Agustus sampai dengan Desember 2024 total sekitar 480.000 wmt konsentrat dapat dimurnikan di Smelter Manyar.
“Kan konsentratnya masih ada yang harus diekspor jadi itu memang sesuai yang disepakati di dalam IUPK, kita akan boleh tetap ekspor sampai dengan smelternya beroperasi penuh,” kata Tony.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memberi sinyal positif ihwal pengajuan permohonan relaksasi ekspor konsentrat PT Freeport Indonesia sampai dengan Desember 2024.
Kendati demikian, pemerintah belum sampai pada putusan akhir soal perpanjangan izin ekspor tersebut. Komitmen commissioning smelter baru Freeport di Manyar, Gresik, Jawa Timur yang ditarget jalan pada Mei 2024 bakal jadi penentu nasib kuota tambahan ekspor PTFI hingga akhir tahun nanti.
“Setelah Mei 2024 bagaimana, tentunya kita mainkan antara relaksasi ekspor dengan tarif bea keluar, nanti internal pemerintah akan diskusi lagi,” kata Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Askolani selepas kunjungan ke Proyek Smelter Manyar PTFI di kawasan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Kamis (29/2/2024).
Askolani mengatakan, kementerianya bakal lebih fleksibel soal ketentuan ekspor konsentrat tersebut. Sementara itu, mekanisme bea keluar bakal tetap dioptimalkan sebagai penyeimbang kebijakan pelonggaran kuota ekspor nantinya.
Kendati demikian, dia menambahkan, PTFI belakangan juga menaruh perhatian pada besaran tarif bea keluar yang terlanjur dikenakan di level 7,5% sejak relaksasi ekspor pertengahan tahun lalu. Persentase tarif itu juga kini masih didiskusikan badan fiskal bersama dengan PTFI.
“Yang juga jadi concern Freeport itu tarifnya, tarif itu tentunya subject to discuss,” kata dia.