Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) memproyeksi potensi pasar furnitur ramah lingkungan tahun ini mencapai US$51,02 miliar atau setara Rp798 triliun.
Ketua Umum Asmindo Deddy Rochimat mengatakan, pertumbuhan permintaan furnitur ramah lingkungan 8,6% secara global tersebut merupakan peluang pelaku usaha untuk mengembangkan pusat riset furnitur berkelanjutan di kawasan industri nasional.
"Kita juga sudah ditawarkan oleh Otorita Ibu Kota Nusantara [OIKN] nanti sebentar lagi kita bisa bangun pusat riset di sana, ibu kota baru," ujar Deddy dalam agenda CAFA 25th Conference di Tangerang, Selasa (27/2/2024).
Industri furnitur global kini tengah bergerak ke arah berkelanjutan. Hal ini yang menjadi tantangan besar ekspor furnitur lokal untuk dapat bersaing di kancah internasional.
Secara nasional, nilai ekspor mebel dan kerajinan Indonesia melemah sebesar 28% pada periode Januari-September 2023 dibandingkan tahun 2022, yaitu dari US$2,5 miliar menjadi hanya US$1,8 miliar. Dengan penurunan pada sektor mebel sebesar 30,63% dan sektor kerajinan 20,59%.
Untuk sektor mebel, kontribusi terbesar didominasi oleh produk furnitur kayu 57,31%, diikuti oleh furnitur rotan 5,75%, dan furnitur metal 3,47%.
Baca Juga
Untuk itu, Asmindo bersama Council of Asia Furniture Associations (CAFA) akan mendorong kerja sama antarnegara di kawasan Asia-Pasifik untuk pengembangan indsutri furnitur yang ramah lingkungan.
"Dengan kekayaan sumber daya alam seperti rotan dan bambu, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam produksi furnitur berkelanjutan," ujarnya.
Lebih lanjut, Asmindo menandatangani nota kesepahaman dengan China National Furniture Association (CNFA) untuk kerja sama strategis antara Indonesia-China.
Keterlibatan aktif dari pemerintah, industri, dan pemangku kepentingan lainnya di Indonesia akan menjadi kunci keberhasilan dalam membangun ekosistem furnitur yang berkelanjutan dari hulu sampai hilir.
Deddy pun berharap kerja sama RI-China ini akan mendatangkan investasi, pembangunan pusat riset bahan baku yang berkelanjutan, transfer teknologi, peningkatan kapasitas SDM, peningkatan pemsaran, dan pertukaran informasi pasar.