Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gerak Cepat Ringgit Pulih dari Level Terendah sejak 1998

Mata uang ringgit Malaysia memulihkan pelemahannya dari level terendah sejak 1998 yang dicapai pada pekan lalu.
Aprianto Cahyo Nugroho,Jessica Gabriela Soehandoko
Senin, 26 Februari 2024 | 10:30
Mata uang ringgit Malaysia./ Bloomberg
Mata uang ringgit Malaysia./ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang ringgit Malaysia memulihkan pelemahannya dari level terendah sejak 1998 yang dicapai pada pekan lalu.

Berdasarkan data Bloomberg, Senin (26/2/2024), ringgit terpantau menguat 0,01% ke level 4,7770 per dolar AS pada pukul 09.38 WIB.

Ringgit memulihkan pelemahannya setelah sempat tergelincir melewati level 4,8 terhadap dolar AS pada hari Selasa (20/2/2024), level terlemah sejak mencapai titik terendah sepanjang masa di 4,8850 pada tahun 1998.

Sepanjang tahun 2024, ringgit telah melemah 3,97% terhadap dolar AS.

Ringgit pulih usai Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan bahwa penurunan ringgit ke level terendah sejak krisis keuangan Asia mengkhawatirkan. Anwar juga mengatakan pemerintah dan bank sentral Malaysia mengawasi fluktuasi mata uang ini.

"Kami telah menugaskan bank sentral untuk memonitor, namun hal ini mempengaruhi semua negara. Idealnya, ringgit seharusnya terkendali,” kata Anwar dikutip dari Bloomberg, Senin (26/2).

Analis mengatakan pelemahan ringgit dipengaruhi faktor eksternal dari pertumbuhan ekonomi China yang melemah, sehingga membebani ekspor Negeri Jiran ini. Adapun China merupakan mitra dagang terbesar Malaysia.

Para ekonom telah menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 2024 menjadi 4,3% dari 4,5%, setelah ekspansi tahun lalu meleset dari perkiraan.

Selisih suku bunga Malaysia yang lebar dengan AS juga meredupkan daya tarik aset-asetnya, sementara kekhawatiran akan stabilitas politik tetap ada.

Gubernur Bank Negara Malaysia (BNM) Abdul Rasheed Ghaffour mengatakan BNM berpandangan bahwa level ringgit saat ini tidak mencerminkan prospek ekonomi Malaysia ke depan.

"Performa ringgit baru-baru ini, seperti halnya mata uang-mata uang regional lainnya, telah dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal,” ungkap Abdul.

Ia mengatakan rebound permintaan eksternal dan belanja domestik yang kuat akan mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini, seraya bahwa menambahkan Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi perdagangan global akan meningkat tahun ini.

Ekspor Malaysia menunjukkan peningkatan yang stabil sejak kuartal IV/2023. Adapun ekspor pada Januari 2024 tumbuh 8,7% dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), mengakhiri kontraksi selama 10 bulan berturut-turut.

Abdul menambahkan, industri pariwisata telah pulih dengan kuat dan jumlah wisatawan pada tahun 2024 diperkirakan akan melampaui tingkat sebelum pandemi sebesar 26 juta. Momentum investasi telah meningkat dengan implementasi proyek-proyek yang telah disetujui baik di sektor swasta maupun publik.

"Mencerminkan perkembangan positif ini dan komitmen pemerintah untuk melaksanakan reformasi struktural dan penurunan suku bunga yang diharapkan di negara-negara maju, sebagian besar analis memperkirakan ringgit akan terapresiasi tahun ini," kata Abdul Rasheed.

Prospek Ringgit

S&P Global Ratings memperkirakan ringgit Malaysia akan rebound 9% pada akhir tahun ini. Pelemahan ringgit juga dipandang tidak menimbulkan risiko terhadap peringkat kredit Malaysia.

Analis S &P YeeFarn Phua mengatakan pelemahan ringgit belum menjadi risiko terhadap peringkat surat utang pemerintah..

”Posisi eksternal Malaysia tetap kuat, didukung oleh cadangan devisa yang memadai dan surplus transaksi berjalan yang konsisten,” jelasnya.

Phua mengatakan ringgit akan menguat menjadi 4,4 ringgit per dolar AS pada akhir tahun ini dan 4,3 per dolar AS pada tahun 2025.

S&P menyusul Moody's Investors Service dalam menyoroti keamanan peringkat kredit Malaysia meskipun ringgit melemah, karena hampir semua hutang negara ini didenominasikan dalam mata uang lokal.

Utang luar negeri pemerintah Malaysia mencapai 30 miliar ringgit (US$6,26 miliar) pada akhir tahun 2023, hanya di bawah 3% dari total utang, menurut perkiraan S&P.

Malaysia mendapat peringkat kredit A- dari S&P sejak tahun 2003, yang menandakan kemampuan yang kuat untuk membayar utang.

Peringkat kredit tersebut merupakan yang tertinggi di antara negara-negara berkembang lainnya di Asia Tenggara dan bertahan dari dampak krisis keuangan global 2008 serta gejolak yang disebabkan oleh pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper