Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Bank Sentral & Menkeu Malaysia Buka Suara usai Ringgit Sentuh Level Terendah sejak 1998

Gubernur Bank Negara Malaysia (BNM) dan Menteri Keuangan merespons pergerakan mata uang ringgit yang sempat menyentuh level terendah sejak krisis 1998.
Mata uang ringgit Malaysia./ Bloomberg
Mata uang ringgit Malaysia./ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang ringgit Malaysia tampak masih melemah dan sempat menyentuh  terendah sejak krisis 1998. Hal ini mendorong bank sentral negaranya menuturkan bahwa penurunan tersebut menunjukan prospek perekonomian yang tidak membaik. 

Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (21/2/2024) mata uang ringgit pada pukul 13.10 WIB kini berada level 4,7930 terhadap dolar dengan melemah sebesar -0,14%. Adapun, level sementara tersebut melewati titik terendah sepanjang masa di 4,8850 pada tahun 1998.

Adapun, mengutip Bernama, Kepala Ekonom bank Muamalat Malaysia Bhd Mohd Afzanizam Abdul Rashid mengatakan bahwa tinggit akan terus diperdagangkan dalam sentimen hati-hati menjelang pengumuman Indeks Harga Konsumen (IHK) Malaysia pada Jumat (23/2).

“Kemarin mata uang lokal mencapai 4,80 dalam waktu singkat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), oleh karena itu Bank Negara Malaysia meresponsnya dengan mengeluarkan pernyataan mengenai situasi pasar saat ini,” tuturnya. 

Berdasarkan catatan Bisnis, Gubernur Bank Negara Malaysia Abdul Rasheed Ghaffour pada Selasa (20/2) mengatakan bahwa bank sentral berpandangan nilai ringgit saat ini tikda mencerminkan prospek positif perekonomian ke depan. 

Tambahnya, kinerja ringgit baru-baru ini serupa dengan mata uang regional lainnya yang dipengaruhi oleh faktor eksternal. Menurutnya, permintaan eksternal dan belanja domestik yang kuat akan mendorong pertumbuhan tahun ini.

Komentar lain juga datang dari Menteri Keuangan Malaysia, Amir Hamzah Azizan, yang mengatakan bahwa ringgit akan menguat karena potensi pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) dan tanpa adanya peristiwa geopolitik yang penting.

Sang Menteri juga berpendapat bahwa Malaysia tak perlu mematok mata uang terhadap dolar, seperti yang terjadi selama krisis keuangan Asia. 

Mengutip Bloomberg, di lain sisi, beragam atraksi di Malaysia kini dapat menjadi lebih menarik lantaran adanya daya tarik ringgit yang melemah sehingga dapat meningkatkan daya beli wisatawan.

Warga Singapura kemudian dapat memanfaatkan kekuatan dolar mereka yang belum pernah terjadi sebelumnya pada ringgit.  Agen Intrepid Travel mengatakan bahwa mereka telah melihat peningkatan 15% dalam pemesanan ke Malaysia pada 2024 dibandingkan tahun lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper