Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aturan Baru Bikin Pemasangan PLTS Atap untuk Rumah Tangga Lebih Mahal

Aturan baru PLTS atap dinilai justru membuat keekonomian pemasangan skala rumah tangga dan bisnis kecil menjadi tidak menarik.
Ilustrasi PLTS atap./Istimewa
Ilustrasi PLTS atap./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Aturan baru soal pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap dinilai justru membuat keekonomian pemasangan skala rumah tangga dan bisnis kecil menjadi tidak menarik. 

Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2024 Tentang PLTS Atap yang Terhubung pada Jaringan Tenaga Listrik Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum dianggap menghambat partisipasi konsumen listrik kelas rumah tangga. 

Dalam peraturan baru ini, skema net-metering dihapuskan sehingga kelebihan energi listrik atau ekspor tenaga listrik dari pengguna ke PLN tidak dapat dihitung sebagai bagian pengurang tagihan listrik.  

Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengakui bahwa PLTS atap kurang menarik bagi konsumen rumah tangga. Menurutnya, lewat beleid anyar PLTS atap, pihaknya ingin menyasar industri dan komersial yang relatif memiliki kemampuan atau skala pasang yang besar. 

“Memang PLTS atap yang sekarang agak sulit untuk rumah tangga karena kan tidak ada ekspor impor, tidak ada titip. Kalau dulu kan bisa,” kata dia, Jumat (23/2/2024).

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, net-metering sebenarnya menjadi sebuah insentif bagi pelanggan rumah tangga untuk menggunakan PLTS atap.

"Dengan tarif listrik PLN yang dikendalikan, net-metering membantu meningkatkan kelayakan ekonomi sistem PLTS atap yang dipasang pada kapasitas minimum, sebesar 2-3 kWp untuk konsumen kategori R1,” kata Fabby lewat siaran pers.

Tanpa net-metering, kata Fabby, biaya investasi per satuan kilowatt peak bakal menjadi tinggi. Konsekuensinya, keekonomian sistem PLTS atap khususnya pada sektor rumah tangga dan bisnis kecil menjadi tidak menguntungkan. 

“Dan biaya baterai yang masih relatif mahal, kapasitas minimum ini tidak dapat dipenuhi sehingga biaya investasi per satuan kilowatt peak pun menjadi lebih tinggi. Inilah yang akan menurunkan keekonomian sistem PLTS atap,” kata dia.

Setali tiga uang dengan Fabby, Chief Commercial Officer SUN Energy Dion Jefferson berpendapat hilangnya ketentuan ekspor listrik berlebih ke sistem PLN diperkirakan bakal menggerus investasi PLTS atap pada sektor rumah tangga dan bisnis kecil.  

“Penggunaan listrik mereka [residensial dan sosial] tidak terlalu besar di siang hari sehingga tidak adanya ekspor listrik ke PLN ini mungkin akan mengurangi keekonomian dari proyek PLTS,” kata Chief Commercial Officer SUN Energy Dion Jefferson saat dihubungi, Selasa (6/2/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper