Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terungkap! Alasan BI Tahan Suku Bunga Acuan 6% 5 Kali Berturut-turut

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkap alasan pihaknya menahan suku bunga acuan 6% selama 5 kali berturut-turut.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta, Rabu (29/11/2023). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta, Rabu (29/11/2023). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkap alasan Rapat Dewan Gubernur BI mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di level 6 persen pada Februari 2024. 

BI menahan suku bunga acuan atau BI rate di level 6% pada RDG BI periode 20-21 Februari 2024. Dengan demikian, BI rate 6% ditahan selama 5 kali berturut-turut. 

"Berdasarkan assesment menyeluruh, proyeksi ekonomi global, ekonomi domestik, kondisi moneter [sistem keuangan dan sistem pembayaran], Rapat Dewan Gubernur [RDG] Bank Indonesia pada 20 dan 21 Februari 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 6%,” ujarnya dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (21/2/2024).

Dengan demikian, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,75%.

Perry mengatakan keputusan mempertahankan BI rate pada level 6% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran 2,5±1% pada 2024. 

Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 

"Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit pembiayaan perbankan kepada pelaku usaha dan rumah tangga," jelasnya. 

Selain itu, akselerasi digitalisasi sistem pembayaran, termasuk digitalisasi transaksi keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah juga terus didorong untuk meningkatkan volume transaksi dan memperluas inklusi ekonomi-keuangan digital.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper