Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Penikmat Utama Hilirisasi Nikel Indonesia, Untung atau Buntung?

Keuntungan China terlihat dari mengalirnya ekspor barang setengah jadi dari smelter nikel untuk keperluan industri, hingga porsi signifikan tenaga kerja.
Pekerja memegang bijih campuran mineral dan logam di area tambang. - Bloomberg/Cole Burston
Pekerja memegang bijih campuran mineral dan logam di area tambang. - Bloomberg/Cole Burston

Bisnis.com, JAKARTA- Sederet bukti keuntungan hilirisasi nikel di RI untuk China kembali terkuak. Hal ini yang menyebabkan kontribusi smelter terhadap ekonomi daerah lokasi tambang masih minim. 

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan keuntungan China terlihat dari mengalirnya ekspor barang setengah jadi dari smelter nikel hingga porsi tenaga kerja asal China.

"80-90% produk olahan nikel itu ke China, jadi penikmati utamanya adalah pelaku industri yang ada di China, perusahan-persahaan China, lembaga keuangan yang menutup mata akan pembiayaan ESG," kata Bhima, dikutip Rabu (21/2/2024). 

Dalam laporan terbaru Celios juga disebutkan bahwa China adalah investor terbesar dalam pembangkit listrik tenaga batu bara captive di Indonesia, dengan lebih dari 70% kepemilikan 14 perusahaan pengolahan dan pertambangan logam swasta dan milik negara. 

Sementara itu, Bhima menilai China memang memiliki standardisasi Environmental, Social, Governance (ESG) untuk dekarbonisasi, tetapi penerapannya di lapangan tidak dijalankan dengan baik. 

"Investor internasional dapat berperan penting dalam upaya dekarbonisasi di Indonesia, dengan menyelaraskan standar emisi mereka dengan pedoman internasional atau standar yang lebih ketat yang berlaku di China," ujarnya. 

China juga mengalap berkah dari smelter nikel di RI lantaran hampir seluruh pemangku kepentingan industri dikuasai oleh perusahaan multinasional, termasuk tenaga kerja, teknologi industri, hingga pembiayaan perbankan dikuasai pihak swasta asing. 

Sementara itu, Celios mempertanyakan strategi hilirisasi Indonesia yang dinilai belum mampu memberikan nilai tinggi bagi perekonomian nasional. Alih-alih untung, RI terancam menerima kerugian jika tidak ada perbaikan strategi.

Penelitian terbaru Celios dan CREA menyebutkan bahwa pengoperasian penuh kapasitas produksi nominal akan mengakibatkan 5.000 kematian dan beban ekonomi sebesar US$3,42 miliar per tahun akibat dampak kesehatan terkait polusi udara.

Dalam skenario saat ini atau business-as-usual (BAU), operasi industri pengolahan nikel di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara hanya menghasilkan PDB positif sebesar US$4 miliar (Rp62,8 triliun) pada tahun ke-5 atau tahap konstruksi. 

Di sisi lain, menurut penelitian tersebut, mitos tentang proyek industri nikel mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal melalui penyerapan tenaga Kerja dan kenaikan upah juga terbantahkan. 

"Peningkatan dalam penyerapan tenaga Kerja hanya akan terjadi pada tahun ke-3 pada saat tahap konstruksi pabrik, kemudian cenderung menurun hingga tahun ke-15," ujarnya. 

Secara rinci, penyerapan tenaga kerja pada tahun pertama terkoreksi 1.309 pekerja. Kemudian, pada tahun ke-5 tenaga kerja melonjak hingga 101.752 pekerja, setelah itu serapan tenaga kerja tergerus hingga tahun ke-15. 

Sebagai informasi, Celios menganalisa hal tersebut melalui model statistik dengan skenario Business as Usual (BAU) yang menunjukkan bahwa industri nikel tidak selalu memiliki dampak positif dalam jangka panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper