Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kelebihan Pasok LNG Dunia Jadi Sentimen Negatif Buat Komersialisasi Blok Masela

Kondisi kelebihan pasokan gas alam cair atau LNG global saat ini menjadi tantangan utama pemasaran jangka panjang gas dari Blok Masela.
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA — Chairman Indonesia Gas Society (IGS) Aris Mulya Azof menilai kondisi kelebihan pasokan gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) global saat ini menjadi tantangan utama pemasaran jangka panjang gas dari Blok Masela

Aris menerangkan pasar LNG dunia saat ini cenderung lebih kuat dari sisi pasokan yang dipacu oleh on stream atau mulai beroperasinya proyek-proyek raksasa dari Amerika Serikat dan Qatar. 

“Saat ini pasar LNG cenderung kuat dari sisi pasokan sehingga persaingan harga akan ketat. Ini yang akan menjadi tantangan dan menjadi faktor negatif pemasaran LNG Blok Masela,” kata Aris saat dihubungi, Senin (19/2/2024). 

Apalagi, kata Aris, pembeli LNG belakangan cenderung tidak menginginkan kontrak jangka panjang seperti dahulu saat era kilang LNG Arun dan Bontang.

“Namun, ada juga hal positif yang bisa mendorong pemasaran Blok Masela, seperti hubungan baik penjual dan pembeli dari pengimpor LNG jangka terdahulu, yaitu Jepang, Korea dan Taiwan,” kata dia. 

Saat ini, operator Blok Masela, Inpex Corporation sudah menandatangi letter of intent (LoI) dengan beberapa pembeli LNG dari Jepang, Malaysia, dan pasar domestik. SKK Migas telah menghimpun minat dari calon pembeli domestik dan luar negeri dengan kebutuhan gas secara keseluruhan sekitar 25 juta ton per tahun (mtpa). 

“Selain itu banyak faktor lain juga yang akan berpengaruh, termasuk waktu yang tepat Blok Masela onstream,” tutur Aris.

Seperti diberitakan sebelumnya, Inpex bersama dengan mitra, PT Pertamina Hulu Energi Masela dan Petronas Masela Sdn. Bhd., belakangan berfokus pada pasar LNG Asia yang diperkirakan bakal tumbuh signifkan sampai 2040 mendatang.  

Presiden & CEO Inpex Takayuki Ueda menuturkan, pihaknya telah mengantongi minat awal dari sejumlah pembeli di Asia yang tertuang dalam letter of intent (LoI). Potensi permintaan gas yang telah terhimpun sejauh ini mencapai sekitar 25 juta ton per tahun (mtpa).  

“Jadi tantangan ke depan adalah bagaimana bersama dengan Pertamina dan Petronas kita mesti mengubah minat yang tidak terikat ini menjadi perjanjian jual beli gas yang mengikat,” kata Takayuki saat konferensi pers financial result 2023, dikutip Kamis (15/2/2024). 

Takayuki mengatakan, pasar LNG di Asia belakangan prospektif untuk menyerap pasokan gas alam cair dari Blok Masela. 

Dia menuturkan, Inpex telah berkoordinasi dengan Pertamina dan Petronas untuk kemungkinan kontrak jangka panjang LNG dari lapangan gas Abadi tersebut. 

Dia menilai dua perusahaan migas pelat merah itu relatif kuat untuk membeli potensi pasokan gas dari Blok Masela nantinya. Apalagi, kata dia, Pertamina dan Petronas turut memiliki afiliasi perusahaan jual beli gas dan pembangkit listrik bersih.  

“Tanpa kontrak jual beli LNG jangka panjang, pembiayaan proyek [Abadi Masela] bakal kesulitan ke depannya, jadi kita mencari kontrak yang eksis dalam 10 tahun,” kata dia.  

Kementerian ESDM membeberkan biaya investasi dan operasi pengembangan proyek LNG Abadi Blok Masela menyentuh di angka US$34,74 miliar setara dengan Rp535,96 triliun (asumsi kurs Rp15.428 per dolar AS).  

Perkiraan biaya untuk rencana pengembangan itu meliputi biaya investasi di luar sunk cost sebesar US$20,94 miliar (termasuk di dalamnya investasi CCS sebesar US$1,08 miliar), biaya operasi sebesar US$12,97 miliar dan biaya abandonment and site restoration (ASR) sebesar US$830 juta.  

Estimasi anyar itu muncul selepas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyetujui Revisi 2 Rencana Pengembangan Lapangan yang Pertama (POD I) Lapangan Abadi WK Masela pada 28 November 2023.  

Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diperkirakan dapat mencapai 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta mtpa dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper