Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memproyeksikan neraca perdagangan barang untuk periode Januari 2024 akan menyusut dari Desember 2023.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan kinerja ekspor, impor dan neraca dagang Januari 2024 pada Kamis (15/2/2024) pukul 11.00 WIB atau bertepatan sehari setelah hari pencoblosan berlangsung.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual mengungkapkan meski adanya pelaksanaan pemilu 2024, hal ini tidak berpengaruh signifikan terhadap capaian neraca dagang.
“Tidak ada pengaruh signifikan perhelatan pemilu terhadap neraca dagang,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (14/2/2024).
David meramalkan surplus neraca perdagangan Januari 2024 akan menyusut menjadi US$2,4 miliar. Angka tersebut jauh lebih rendah dari capaian surplus Desember 2023 yang senilai US$3,31 miliar.
Sejalan dengan hal tersebut, ekspor dirinya proyeksi akan terkontraksi sebesar 4,92% secara tahunan atau year-on-year (yoy) sementara impor akan meningkat sebesar 1,94%.
Baca Juga
David menjelaskan tren harga sebagian besar komoditas ekspor, seperti batu bara, crude palm oil (CPO), dan gas, meningkat pada Januari dengan hari kerja yang lebih banyak dibanding bulan sebelumnya.
“Untuk impor, harga komoditas impor sebagian besar menurun, termasuk minyak dan gandum,” lanjutnya.
Senada, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro turut melihat adanya penyempitan surplus neraca dagang pada Januari 2024 menjadi US$2,34 miliar.
Kinerja ekspor dipengaruhi harga batu bara yang cenderung turun, namun terjadi kenaikan di sisi volume untuk persiapan imlek.
“Harga CPO terjadi kenaikan karena kekhawatiran pengetatan pasokan. Harga nikel terjadi pelemahan karena over supply global,” jelasnya.
Sementara dari sisi impor yang dirinya proyeksi akan tumbuh 1,63% (yoy) pada Januari 2024, lebih ditopang oleh naiknya harga minyak mentah dan meningkatkan kebutuhan impor bahan baku menjelang puasa.
Impor juga dipengaruhi oleh capaian PMI manufaktur Indonesia yang meningkat menjadi 52,9 serta kenaikan jumlah kapal yang masuk.
Pada bulan lalu, pemerintah dalam hal ini Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan melihat aktivitas perdagangan Indonesia pada 2024 masih akan dipengaruhi oleh ketidakpastian aktivitas ekonomi global yang tercermin pada proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global oleh berbagai lembaga internasional yang juga diikuti oleh moderasi harga komoditas.
Oleh karena itu, pemerintah kata dia akan terus memantau dan menyiapkan langkah antisipasi yang diperlukan.
“Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi negara mitra dagang utama,” jelasnya.