Bisnis.com, JAKARTA – Arab Saudi dan empat negara lainnya menerima undangan untuk menjadi anggota negara-negara BRICS dan bergabung ke blok tersebut.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Naledi Pandor. Selain Arab Saudi, Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab juga ikut bergabung dan menjadi anggota penuh.
Tahun lalu, BRICS menerima minat tertulis dari 34 negara yang menyatakan ingin bergabung. Namun, Argentina membatalkan rencananya untuk bergabung pada awal tahun 2024.
"Argentina telah menulis surat untuk mengindikasikan bahwa mereka tidak akan menindaklanjuti permohonan yang diajukan oleh pemerintahan sebelumnya untuk menjadi anggota penuh BRICS dan kami menerima keputusan mereka," kata Pandor seperti dikutip Reuters, Kamis (1/2/2024).
Sebelumnya, kabar masuknya lima anggota baru BRICS sudah tersiar sejak awal Januari 2024, namun Arab Saudi segera menampik kabar tersebut dan mengatakan masih mempertimbangkan tawaran untuk menjadi anggota.
Saat itu, Menteri Ekonomi Arab Saudi Faisal Al-Ibrahim mengkonfirmasi bahwa kerajaan ini masih dalam proses pengambilan keputusan untuk bergabung dengan blok ini.
Baca Juga
"Kerajaan adalah bagian dari banyak platform multilateral dan institusi multilateral dan setiap kali kerajaan diundang ke dalam salah satu dari mereka, kerajaan akan melalui sebuah proses yang merupakan proses multi-langkah dan pada akhirnya sebuah keputusan akan diambil," katanya.
Dalam KTT BRICS di Johannesburg pada Agustus 2023, para pemimpin dari Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan sepakat untuk memperbesar kelompok BRICS mereka mulai 1 Januari.
”Para menteri luar negeri BRICS sedang mengembangkan apa yang disebut sebagai model negara mitra BRICS untuk mengakomodasi 17 negara yang tidak diterima sebagai anggota penuh,” kata Pandor.
BRICS juga sedang menyusun sebuah kerangka kerja yang memungkinkan para anggotanya untuk menggunakan mata uang lokal mereka untuk perdagangan antar BRICS.
Pandor mengatakan BRICS menemukan bahwa sistem pembayaran internasional yang saat ini sebagian besar berbasis dolar AS tidak adil dan mahal.