Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum mendapatkan pemenang lelang atas penawaran enam wilayah kerja (WK) minyak dan gas bumi (migas) yang dibuka pada periode lelang tahap II dan III tahun 2023 lalu.
Keenam blok migas itu, di antaranya WK Panai, WK Patin, WK Natuna D-Alpha, WK Akimeugah I, WK Akimeugah II, dan WK Bobara. Blok yang disebut belakangan masih dalam tahap evaluasi bersama badan usaha yang berminat.
“Ada beberapa yang berminat namun setelah melakukan evaluasi internal kemungkinan belum sesuai perhitungan keekonomiannya sehingga mereka tidak mengirimkan bidding documents,” kata Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Kementerian ESDM Noor Arifin Muhammad saat dihubungi, Rabu (31/1/2024).
Noor mengatakan, kementeriannya telah menetapkan blok migas yang sepi peminat itu sebagai wilayah terbuka. Adapun, WK Bobara masih dalam tahap evaluasi lantaran adanya permintaan perpanjangan waktu lelang dari badan usaha.
“Sedangkan untuk WK Akimeugah I dan II tidak terdapat pemenang lelang dan selanjutnya akan menjadi WK terbuka juga,” kata dia.
Selain itu, kata dia, pemerintah turut membuka skema studi bersama atau joint study untuk beberapa WK yang tidak kunjung laku tersebut.
Baca Juga
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan investasi hulu migas pada 2024 sebesar US$17,7 miliar atau setara dengan Rp275,14 triliun (asumsi kurs Rp15.545 per dolar AS).
Target investasi itu naik 29% dari realisasi penanaman modal hulu migas sepanjang 2023 yang mencapai US$13,7 miliar atau setara dengan Rp212,96 triliun.
“Untuk 2024 kami telah menetapkan target investasi yang jauh lebih tinggi sekitar US$17,7 miliar atau di atas target long term plan yang sebesar US$16 miliar,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (12/1/2024).
Dwi menerangkan, investasi yang masif delapan tahun terakhir telah mampu mengurangi laju penurunan produksi pada mayoritas lapangan produksi yang sudah tua.
Seperti diketahui, penurunan lifting minyak sepanjang 2023 bisa ditahan di level 1% dan gas mengalami kenaikan produksi sebesar 2,2%. Akan tetapi, lantaran belum optimalnya penyerapan gas oleh buyer, maka lifting atau salur gas tumbuh tertahan 1%.