Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Industri Pengolahan Melesat, Jumlah Pekerja Terus Terpangkas

Peningkatan realisasi investasi sektor industri pengolahan belum diikuti pembukaan lapangan kerja yang luas. Dalam beberapa tahun, jumlahnya terpangkas.
Ilustrasi pekerja mengerjakan proyek bangunan. Dok Freepik
Ilustrasi pekerja mengerjakan proyek bangunan. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA- Penyerapan tenaga kerja sektor manufaktur terus tergerus, meskipun realisasi investasi diklaim melonjak. Dari kisaran 14 juta tenaga kerja terserap, kini hanya menyisakan 13,8 juta tenaga kerja.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sektor manufaktur atau industri pengolahan, merupakan salah satu dari tiga sektor utama penyerap tenaga kerja.

Industri pengolahan selalu memegang predikat sektor padat karya ketiga, di bawah sektor pertanian dan perdagangan. Pada 2018, masih terdapat 14,68 juta tenaga kerja sektor industri pengolahan.

Sementara pada 2019, jumlah itu meningkat hingga 14,91 juta tenaga kerja. Sebaliknya, sewaktu pandemi Covid-19 menghantam, jumlah pekerja sektor manufaktur tersisa 13,61 juta tenaga kerja. Hingga Agustus tahun lalu, tercatat jumlah tenaga kerja sektor manufaktur mencapai 13,8 juta tenaga kerja, terdapat pertumbuhan sekitar 180.000 lapangan kerja baru.

Center of Reform on Economic (Core) Indonesia menyoroti pelemahan penyerapan tenaga kerja di sektor padat karya yang tidak sejalan dengan melesatnya realisasi investasi manufaktur pada 2023. 

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi manufaktur mencapai Rp596,3 triliun sepanjang 2023, lebih tinggi dibandingkan 2022 Rp497,7 triliun. 

Ekonom Core Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan serapan tenaga kerja dari realisasi investasi tersebut masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk menjadikan manufaktur sebagai pembuka lapangan pekerjaan. 

"Kondisi serapan tenaga kerja dari investasi manufaktur yang masuk saat ini relatif berkurang dibandingkan dengan kondisi 5 ataupun 10 tahun yang lalu," kata Yusuf kepada Bisnis, dikutip Senin (29/1/2024). 

Kondisi tersebut dibuktikan dengan minimnya kompetitif dari sektor industri padat karya yang selama ini diandalkan dalam upaya menyerap tenaga kerja seperti misalnya industri tekstil dan produk turunannya. 

Data BKPM memang menyebutkan bahwa dari total realisasi investasi sebesar Rp1.418,9 triliun pada 2023 atau naik 17,5% dari tahun lalu, memicu peningkatan penyerapan tenaga kerja. 

Realisasi investasi Indonesia tersebut telah merekrut 1,82 juta tenaga kerja sepanjang tahun lalu. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 39,7% dibandingkan pada 2022 yang sebanyak 1,31 juta tenaga kerja. 

Namun, serapan tenaga kerja masih terbilang rendah lantaran investasi yang masuk di Indonesia didominasi oleh padat teknologi dan padat modal.

Menurut Yusuf, sektor penyumbang investasi manufaktur tak lepas dari hilirisasi nikel yang digenjot pemerintah. Serapan tenaga kerja dari hilirisasi saat ini masih minim. 

Kendati demikian, dia melihat potensi pertumbuhan industrialisasi dari progres hilirisasi yang dapat menambah nilai tambah suatu produk atau komoditas. 

"Jadi ini nantinya memang bisa memberikan dampak yang lebih besar terhadap berbagai sektor perekonomian termasuk di dalamnya misalnya peningkatan nilai ekspor kemudian juga peningkatan realisasi investasi kemudian peningkatan setoran penerimaan pajak," tuturnya. 

Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan kualitas berpikir para pencari kerja perlu ditingkatkan. Sebab, dia menilai, Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan industri padat karya untuk menjadi negara maju.

“Padat karya itu mohon maaf gajinya ya terukur tapi kalau bekerja di industri pasti penciptaan lapangan pekerjaan dengan upah yang cukup layak dan itu adalah cara kita untuk dorong GDP kita di atas bisa mencapai di atas US$10.000 [per kapita],” ujar Bahlil. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper