Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konstruksi Smelter Lewat 90%, Freeport Masih Lobi soal Pembebasan Bea Keluar

Freeport masih melobi pemerintah Indonesia terkait dengan pembebasan bea keluar ekspor konsentrat tembaga.
Progres konstruksi smelter konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia di  Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur, Rabu (29/3/2023)/Bisnis-Denis Riantiza Meilanova
Progres konstruksi smelter konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur, Rabu (29/3/2023)/Bisnis-Denis Riantiza Meilanova

Bisnis.com, JAKARTA — Freeport-McMoRan Inc. (FCX) masih melobi pemerintah Indonesia terkait dengan pembebasan bea keluar ekspor konsentrat tembaga bagi PT Freeport Indonesia (PTFI) sampai Mei 2024. 

Selepas kontruksi smelter Manyar lebih dari 90% per akhir Desember 2023, FCX berpendapat aturan bea keluar seharusnya tidak diterapkan sebagaimana ketentuan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) yang didapat PTFI pada 2018.

“Kita masih terus berdiskusi dengan pemerintah Indonesia soal keabsahan dari bea keluar tersebut, dan saya pikir semakin maju kita dalam kontruksi smelter, semakin baik posisi kita di sana,” kata President Freeport-McMoRan Kathleen Quirk dalam conference call FCX kuartal IV/2023, dikutip Kamis (25/7/2023).

Selama paruh kedua 2023, PTFI dikenakan bea keluar sebesar 7,5% sesuai amanat dari Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 71/2023 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar.

Berdasarkan beleid yang diteken Menteri Keuangan Sri Mulyani pada 12 Juli 2023 lalu itu, tarif bea keluar untuk konsentrat tembaga bagi perusahaan dengan progres smelter 70-90% dikenakan sebesar 7,5% pada periode 17 Juli-31 Desember 2023 dan naik menjadi 10% pada periode 1 Januari-31 Mei 2024. 

Untuk perusahaan dengan progres smelter di atas 90%, bea keluar yang dikenakan sebesar 5% pada periode 17 Juli-31 Desember 2023 dan naik menjadi 7,5% pada periode 1 Januari-31 Mei 2024.

Adapun, PTFI telah mencatatkan beban bea keluar mencapai US$307 juta setara dengan Rp4,85 triliun (asumsi kurs Rp15.820 per dolar AS) pada paruh kedua 2023. Spesifik selama triwulan keempat, pencatatan bea keluar mencapai US$160 juta atau sekitar Rp2,53 triliun.

Quirk berharap bea keluar itu bisa dibebaskan selepas kemajuan pembangunan smelter Manyar telah lebih dari 90% tutup tahun kemarin. Minimalnya, FCX menargetkan tarif bea keluar itu tetap dipertahankan di level 7,5% menyusul kemajuan smelter Manyar saat ini. 

“Kita tengah mendorong diskusi itu, jadi kalau kita berhasil untuk menurunkan bea keluar ekspor, itu akan membawa manfaat sendiri,” kata dia. 

Di sisi lain, dia menggarisbawahi beban bea keluar itu tahun ini relatif bakal berkurang seiring dengan rencana produksi penuh bertahap smelter Manyar. 

“Tahun ini, ekspor kita akan berkurang karena kita akan meningkatkan produksi smelter, target kita pada tahun ini untuk berproduksi penuh,” kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper