Bisnis.com, JAKARTA- Realisasi investasi industri pengolahan atau manufaktur tercatat sebesar sebesar Rp596,3 triliun sepanjang 2023, lebih tinggi dari tahun lalu Rp497,7 triliun. Investasi manufaktur berkontribusi 42% dari total realisasi investasi Rp1.418 triliun.
Berdasarkan laporan Kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi pada triwulan IV/2023 mencapai Rp162,3 triliun atau 44,4% dari total capaian investasi Indonesia sebesar Rp365,8 triliun. Capaian ini turun dari Rp163,7 triliun pada triwulan III/2023.
Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan kontribusi manufaktur terhadap total realisasi investasi selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Meski, secara nilai mengalami penurunan.
"Jadi ini kalau dibilang deindustrialisasi kalau kita akumulasi memang iya, tapi perlahan lahan kita perbaiki, ini buktinya," kata Bahlil dalam konferensi pers Kinerja Investasi Tahun 2023, Jumat (20/10/2023).
Dia menunjukkan kontribusi sektor manufaktur terhadap realisasi investasi pada 2019 hanya berkisar 26%. Pada 2020 manufaktur menyumbang investasi 33%.
Selanjutnya, seiring Indonesia menghentikan ekspor nikel mentah pada 2021, penanaman modal di industri pengolahan berkontribusi 36,1%. Tren pertumbuhan kontribusi investasi manufaktur berlanjut pada 2022 yang tumbuh 41% dan tahun 2023 menyumbang 42%.
Baca Juga
"Jadi total 52% dari total Rp1.418 triliun itu hampir 60% itu manufaktur. Ini yang kita genjot, ini dampak daripada pelarangan ekspor barang mentah, supaya kita paksa mereka untuk membangun industri dalam negeri," ujarnya.
Adapun, penanaman modal asing (PMA) di sektor manufaktur periode triwulan akhir 2023 menyumbang Rp114,3 triliun, sedangkan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp48,1 triliun.
"PMDN investasi ya tinggi tetapi manufakturnya biasa-biasa saja, lebih banyak infrastruktur dan jasa, ini kolaborasi, jadi kita kolaborasikan antara investor asing dan dalam negeri," tutur Bahlil.
Realisasi investasi industri pengolahan paling besar ada di sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya senilai Rp54,5 triliun. Disusul industri kimia dan farmasi sebesar Rp28,2 triliun.