Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan pertumbuhan kinerja ekspor manufaktur sebesar US$193,4 miliar pada 2024.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor industri pengolahan tahun 2023 sebesar US$186,98 miliar atau menyumbang 72,24% dari total nilai ekspor nasional sebesar US$258,82 miliar.
Adapun, capaian ekspor tahun 2024 lebih rendah 9,26% dibandingkan tahun 2022 lalu sebesar US$206,07 miliar.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri pengolahan nonmigas masih tetap konsisten memberikan kontribusi terbesar terhadap capaian ekspor nasional.
"Untuk tahun 2024, kami menargetkan US$193,4 miliar. Kami optimistis bisa tercapai," kata Agus dalam keterangan resminya, Rabu (17/1/2024).
Terlebih, pasa ekspor RI tetap diperluas dan tumbuh resilien di tengah kondisi dunia yang sedang tidak stabil. Artinya, produk manufaktur kita memiliki daya saing kuat sehingga diakui dunia.
Baca Juga
Realisasi ekspor industri manufaktur selama Januari-Desember 2023 tersebut melampaui target yang ditetapkan, yang sebelumnya diproyeksi sekitar US$186,40 miliar.
Beberapa sektor yang menjadi penyumbang paling besar ekspor manufaktur yaitu industri logam dasar, industri makanan, industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia, industri kendaraan bermotor, trailer dan semitrailer, industri komputer, barang elektronik, dan optik, serta industri kertas dan barang dari kertas.
"Kinerja ekspor yang melaju ini tentunya berperan besar terhadap pembentukan neraca perdagangan industri manufaktur menjadi surplus sebesar US$17,39 miliar. Ini artinya melanjutkan capaian surplus pada tahun 2022 lalu," terangnya.
Sepanjang Januari-Desember 2023, pangsa pasar ekspor industri pengolahan Indonesia masih terkonsentrasi di negara China dengan share 23,60 persen, disusul Amerika Serikat (12,25 persen), dan India (6,33 persen).
Menurut Agus, tren positif ini juga mengukuhkan industri manufaktur nasional sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Maka, pemerintah akan fokus memberikan perhatian untuk membangkitkan performa industri melalui kebijakan strategis.
Meskipun, aktivitas ekonomi global tahun 2024 diramal masih menghadapi risiko dan ketidakpastian disebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi global oleh berbagai lembaga internasional yang juga diikuti oleh moderasi harga komoditas.
"Pemerintah akan terus memantau dampak dari kondisi global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah-langkah yang antisipatif melalui keberlanjutan kebijakan strategis seperti hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk manufaktur yang berorientasi ekspor, serta melakukan diversifikasi negara mitra dagang utama atau membidik negara nontradisional sebagai tujuan pasar ekspor," pungkasnya.