Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Cukup Hilirisasi, Pakar: Harus Ada Industrialisasi Mineral

Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli menekankan, industrialisasi mineral logam harus menjadi fokus pemerintahan selanjutnya.
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli menyayangkan absennya perdebatan ihwal industrialisasi produk antara atau atau intermediate product komoditas tambang mineral dalam sesi debat cawapres pada Minggu (21/1/2024) kemarin. 

Rizal mengatakan, perdebatan cawapres kemarin hanya terbatas pada produk antara yang dihasilkan dari sejumlah smelter. Padahal, produk antara itu masih perlu diolah lebih lanjut untuk sampai ke industri yang lebih hilir. 

“Seharusnya yang dikembangkan adalah program industrialisasi menyambut produk antara yang dihasilkan dari sektor pertambangan. Ini yang harus menjadi fokus pemerintah berikutnya siapapun yang akan menjadi presiden,” kata Rizal saat dihubungi, Senin (22/1/2024). 

Rizal mewanti-wanti apabila industri lebih hilir tidak terbangun, investasi pada sisi hulu tambang hingga pabrik pemurnian mineral logam justru bakal mengalir ke China. 

“Kalau industrialisasi tidak berkembang di dalam negeri, tentu hal ini akan dimanfaatkan oleh negara lain seperti China yang mendominasi pembangunan smelter dan refinery di komoditas nikel,” kata dia. 

Menurut dia, pembangunan industri manufaktur mesti dikembangkan secara masif untuk menghasilkan produk akhir bernilai tambah tinggi seperti alat kesehatan, alat rumah tangga, transportasi hingga elektronik. 

“Seharusnya keunggulan kita di bidang sumber daya mineral dimanfaatkan untuk menghasilkan produk jadi yang memiliki nilai tambah yang tinggi serta penyerapan tenaga kerja,” kata dia. 

Seperti diberitakan sebelumnya, program hilirisasi nikel mendapat kritikan dari calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin saat debat cawapres Minggu (21/1/2024).

Cak Imin berpendapat program hilirisasi yang dijalankan pemerintah saat ini dilakukan secara ugal-ugalan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. 

"Kita saksikan dalam proses penambanagan dan bisnis tambang kita, hilirisasi dilakukan ugal-ugalan, merusak lingkungan, ada kecelakaan, tenaga asing mendominasi," ujarnya. 

Di sisi lain, Cak Imin juga menilai perkembangan hilirisasi maupun tambang tidak berdampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar.

Sementara itu, cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menegaskan bahwa pihaknya akan melanjutkan program hilirisasi sumber daya alam yang telah dijalankan pemerintahan Presiden Jokowi.

"Saya tidak pernah bosan-bosan membahas hilirisasi. Dengan hilirisasi kita bisa keluar dari middle income trap," ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper