Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anak Muda Ogah Jadi Petani, Prabowo Bongkar Penyebabnya

Calon presiden Prabowo Subianto menyoroti minimnya kesejahteraan petani yang membuat anak muda enggan untuk bekerja sebagai petani.
Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (kanan) menyampaikan keterangan pers didampingi Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia Anindya Bakrie (tengah) dan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani seusai Dialog Capres Bersama Kadin di Jakarta, Jumat (12/1/2024)/Bisnis/Abdurachman
Calon Presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto (kanan) menyampaikan keterangan pers didampingi Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia Anindya Bakrie (tengah) dan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Rosan Roeslani seusai Dialog Capres Bersama Kadin di Jakarta, Jumat (12/1/2024)/Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Calon presiden (Capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto menyoroti minimnya kesejahteraan petani yang membuat anak muda enggan untuk bekerja sebagai petani. 

Dia pun membandingkan dengan anak muda di Jerman yang menjadi petani dan sejahtera dengan pekerjaan tersebut. 

"Kenapa berkurang petani? Karena anak-anak muda melihat bapaknya [yang petani] tidak untung, hidupnya susah, nilai tukarnya tidak cocok," kata Prabowo dalam Dialog Capres Bersama Kadin, Jumat (12/1/2024). 

Ketua Umum Partai Gerindra itu menilai kondisi tersebut yang memicu persoalan pangan dan pertanian yang tak berkesudahan. Padahal, persoalan tersebut merupakan masalah strategis yang tidak dapat diperlakukan sebagai masalah niaga karena menyangkut hajat hidup manusia. 

Oleh karena itu, menurutnya, penting untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Prabowo mengusung strategi utama untuk mencapai cita-cita tersebut, yakni pembangunan lumbung pangan atau food estate yang dibarengi dengan pemerataan distribusi pupuk subsidi. 

"Inilah yang saya maksud bahwa kita harus berpijak dari falsafah dulu baru menghasilkan strategi," ujarnya. 

Di samping itu, Prabowo menuturkan bahwa pengelolaan pangan di era Presiden Soeharto berjalan optimal. Hal ini ditandai dengan peran Bulog yang menjalankan operasi pengendalian harga, di mana nilai tukar ke petani yang kurang baik dikendalikan namun harga jual di konsumen tetap dijaga. 

Adapun, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), usaha pertanian perorang (UTP) didominasi oleh kelompok umur 45 tahun hingga 54 tahun sebesar 27,09% dari total 29,34 juta UTP. 

Kemudian, diikuti kelompok umur 55 tahun hingga 64 tahun dengan persentase sebesar 23,2%. Sementara itu, UTP dengan kelompok usia 25 tahun hingga 34 tahun hanya menjelaskan 10,24% dari total UTP per 2023. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper