Bisnis.com, JAKARTA - World Bank (Bank Dunia) dalam laporan terbarunya melaporkan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada akhir 2024 mencatatkan laju yang paling lambat selama setengah dekade dalam 30 tahun terakhir.
Dalam laporan Global Economic Prospects pada Januari 2024 yang dikutip Bisnis pada Rabu (10/1/23) pertumbuhan global diperkirakan akan melambat selama tiga tahun berturut-turut, dengan tahun ini diproyeksikan mencapai sebesar 2,4% dari tahun lalu yang sebesar 2,6%.
Adapun, perekonomian global juga dinilai dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan tahun lalu karena risiko resesi global yang telah berkurang karena kuatnya perekonomian dari Negeri Paman Sam.
Namun, meningkatnya ketegangan geopolitik dapat menjadi alarm baru dalam jangka pendek bagi perekonomian dunia.
Prospek jangka menengah bagi banyak negara berkembang juga dinilai semakin ‘suram’ di tengah melambatnya pertumbuhan di sebagian negara besar, lesunya perdagangan global, dan kondisi keuangan yang paling ketat dalam beberapa dekade.
Pertumbuhan perdagangan global pada tahun ini diproyeksikan hanya setengah dari rata-rata pertumbuhan perdagangan global pada dekade sebelum pandemi.
Baca Juga
Biaya pinjaman di negara-negara berkembang, utamanya dengan peringkat kredit yang buruk, diperkirakan juga tetap tinggi karena suku bunga global berada pada level tertinggi dalam empat dekade, jika disesuaikan dengan inflasi.
Kemudian, PDB untuk negara-negara berkembang diperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 3,9%, lebih dari satu poin persentase di bawah rata-rata pertumbuhan pada dekade sebelumnya.
Sementara, PDB untuk negara-negara berpendapatan rendah diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,5%, lebih lemah dari proyeksi sebelumnya.
“Tanpa koreksi besar-besaran, tahun 2020-an akan menjadi dekade dengan peluang yang terbuang sia-sia,” jelas Kepala Ekonom dan Wakil Presiden Senior Grup Bank Dunia Indermit Gill dikutip dari keterangan resmi World Bank pada Rabu (10/1).
Dia mengatakan bahwa pertumbuhan jangka pendek akan tetap lemah, sehingga banyak negara berkembang utamanya negara-negara termiskin akan terjebak dengan tingkat utang yang sangat besar dan lemahnya akses pangan bagi hampir satu dari setiap tiga orang.
Menurutnya, hal tersebut akan menghambat kemajuan dalam banyak prioritas global. Namun, dia berpendapat bahwa peluang masih ada untuk membalikkan keadaan.
Wakil Kepala Ekonom Bank Dunia dan Direktur Prospects Group, Ayhan Kose, mengatakan bahwa ledakan investasi berpotensi mentransformasi negara-negara berkembang dan membantu mereka mempercepat transisi energi dan mencapai beragam tujuan pembangunan.
“Untuk memicu lonjakan tersebut, negara-negara berkembang perlu menerapkan paket kebijakan yang komprehensif untuk meningkatkan kerangka fiskal dan moneter, memperluas perdagangan lintas negara dan arus keuangan, memperbaiki iklim investasi, dan memperkuat kualitas kelembagaan,” jelasnya.
Dia mengatakan bahwa upaya tersebut adalah kerja keras, namun negara berkembang sebelumnya telah mampu untuk melakukannya. Dengan kembali melakukan upaya tersebut, menurutnya dapat membantu memitigasi proyeksi perlambatan potensi pertumbuhan di sisa dekade ini.