Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) menyebut kondisi geopolitik global yang makin dinamis dan berisiko memengaruhi harga dan pasokan komoditas hingga berdampak pada industri pupuk nasional.
Sekretaris Jenderal APPI Achmad Tossin Sutawikara mengatakan di tengah gejolak konflik internasional itu, pihaknya masih memiliki kemampuan penyediaan Pupuk Indonesia di tingkat nasional hingga akhir tahun 2023 mencapai 4 juta ton.
"Jumlah ini terdiri dari ketersediaan pupuk saat ini hingga rencana produksi pupuk sampai dengan Desember 2023," kata Tossin, dikutip Senin (18/12/2023).
APPI yang terdiri PT Pupuk Indonesia (Persero) dan 5 anak perusahaannya itu kini memiliki kapasitas produksi sebesar 14,6 juta ton. Pihaknya menjamin pemenuhan alokasi pupuk bersubsidi sebesar 6 juta ton, sesuai kontrak 2023.
Adapun, hingga 6 Desember 2023 tercatat sebanyak 5,8 juta ton pupuk subsidi telah disalurkan kepada petani terdaftar di 38 provinsi Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan petani, Pupuk Indonesia masih menyediakan stok pupuk 1,2 juta ton.
Lebih terperinci, ketersediaan pupuk bersubsidi di tingkat nasional mencapai sebesar 1.264.385 ton. Jumlah ini terdiri dari pupuk Urea sebesar 839.693 ton dan NPK sebesar 424.692 ton. Stok tersebut tersedia di gudang-gudang tingkat produsen, provinsi, hingga kabupaten di seluruh Indonesia.
Baca Juga
"Bagi petani yang tidak memiliki alokasi, Pupuk Indonesia juga menyediakan stok pupuk non subsidi sebesar 500,934 ton pupuk urea non-subsidi dan 92,398 ton NPK non-subsidi," ujarnya.
Di sisi lain, meskipun gejolak harga dan stok komoditas yang diperlukan industri pupuk masih tak menentu, APPI optimistis produktivitas industri pupuk nasional di 2024 akan meningkat.
Tossin menuturkan bahwa pihaknya telah menyiapkan sejumlah upaya, salah satunya pengembangan chemical business. Sebab, banyak bahan baku kimia yang masih harus impor.
Lebih lanjut, dalam rangka meningkatkan efisiensi produksi pupuk, Pupuk Indonesia juga membangun pabrik baru Pusri IIIB di Palembang dan Soda Ash di Bontang dan Gresik yang akan segera dimulai.
"Selain itu pemerataan industri pupuk juga merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan untuk mendorong produksi pupuk nasional ke depan," tuturnya.
Pada November 2023, Pupuk Indonesia melalui PT Pupuk Kaltim bersama pemerintah telah melakukan groundbreaking Kawasan Industri Terpadu Papua Barat yang diharapkan dapat membangun industri pupuk di wilayah timur Indonesia.
Adapun, pabrik pupuk di Papua Barat itu nantinya akan memiliki kapasitas produksi pupuk urea sebesar 1,15 juta ton per tahun dan 825.000 ton amonia per tahun. Nilai investasi proyek tersebut mencapai lebih dari US$1 miliar atau setara dengan Rp15,5 triliun.
Pupuk Kaltim menargetkan proyek pembangunan kawasan industri pupuk di Fakfak akan rampung dalam waktu 5 tahun ke depan. Keberadaan pabrik pupuk tersebut diharapkan dapat mendukung ketahanan pangan Indonesia dengan penyediaan 4,5 - 5 juta ton atau 70-80% kebutuhan pupuk urea nasional. Hal ini sejalan dengan prediksi kebutuhan urea pada 2030 yang diperkirakan mencapai 6-7 juta ton.