Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus US$2,41 miliar pada November 2023. Surplus neraca perdagangan Indonesia tersebut merupakan capaian selama 43 bulan secara berturut-turut atau sejak Mei 2020.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan nilai surplus neraca dagang Indonesia November 2023 turun US$1,07 miliar dibandingkan capaian bulan sebelumnya, yaitu sebesar US$3,48 miliar.
“Surplus November 2023 ini menurun jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu [yoy],” ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (15/12/2023).
Surplus neraca dagang ini ditopang oleh surplus komoditas nonmigas, yaitu sebesar US$4,62 miliar dengan komoditas penyumbang surplus adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), dan besi baja (HS 72).
Sementara itu, defisit disumbang oleh komoditas migas yang defisit US$2,21 miliar pada November 2023, utamanya dari hasil minyak dan minyak mentah.
Sebagai catatan, kinerja impor Tanah Air terus tumbuh dan tercatat senilai US$19,59 miliar atau naik 4,89% secara bulanan (month-to-month/mtm) dibandingkan Oktober 2023.
Baca Juga
Sementara nilai ekspor Indonesia pada November 2023 senilai US$22 miliar atau turun cukup dalam sebesar 8,56% (mtm) atau turun tipis sebesar 0,67% dibandingkan Oktober 2023 yang mencapai US$22,15 miliar.
Secara kumulatif hingga November 2023, total surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$33,63 miliar. Menurut Pudji, capaian tersebut lebih rendah US$16,91 miliar atau 33,46% dibandingkan realisasi Januari-Oktober 2022.
Nilai surplus ini lebih rendah dari konsensus ekonom Bloomberg. Di mana dari 23 ekonom, nilai rata-rata proyeksi neraca dagang di angka US$3 miliar.
Proyeksi tertinggi oleh KB Valbbury Sekuritas di angka US$4,95 miliar, sementara proyeksi terendah dikeluarkan oleh PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) senilai US$1,91 miliar.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede yang melihat surplus masih akan berlanjut meski impor terus tumbuh dan ekspor terkontraksi.
“Meskipun cenderung menurun, perkiraan surplus perdagangan adalah US$2,81 miliar,” ujarnya, Kamis (14/12/2023).
Adapun Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual memiliki proyeksi yang paling rendah di antara ekonom lainnya, yakni di angka US$1,91 miliar.
Selain faktor harga komoditas global yang termoderasi, menurutnya, faktor musiman seperti tren impor minyak yang naik 2-3 bulan sekali turut memberikan andil pada kinerja ekspor impor November 2023.
“Kalau dari faktor harga cenderung tidak banyak berubah dengan bulan sebelumnya, tapi aktivitas memang turun secara tahunan untuk ekspor,” ungkapnya.