Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Terus Tumbuh, Neraca Dagang November 2024 Diramal Tetap Surplus US$3 Miliar

Konsensus dari 23 ekonom Bloomberg menunjukkan neraca dagang diperkirakan surplus US$3 miliar atau melanjutkan tren surplus sejak 42 bulan terakhir.
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia. Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia. Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memperkirakan kinerja neraca perdagangan Indonesia pada November 2023 akan tetap melanjutkan surplus. Konsensus dari 23 ekonom Bloomberg, nilai rata-rata proyeksi neraca dagang di angka US$3 miliar atau melanjutkan tren surplus sejak 42 bulan terakhir. 

Salah satunya, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede yang melihat surplus masih akan berlanjut meski impor terus tumbuh dan ekspor terkontraksi. 

“Meskipun cenderung menurun, perkiraan surplus perdagangan adalah US$2,81 miliar,” ujarnya, Kamis (14/12/2023). 

Angka tersebut turun dari capaian surplus Oktober 2023 yang senilai US$3,48 miliar dan September 2023 sejumlah US$3,41 miliar. 

Impor yang tumbuh sejalan dengan meningkatnya PMI Manufaktur Indonesia dan ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi perlambatan ekonomi global.

PMI Manufaktur Indonesia naik dari 51,5 menjadi 51,7 pada November 2023, menandai peningkatan aktivitas pabrik selama 27 bulan berturut-turut, dengan produksi mengalami kenaikan paling signifikan sejak Agustus 2023.

Selain itu, impor Indonesia dari China di bulan November-23 dilaporkan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Oktober lalu, impor RI dari China sudah meningkat 8,09% (month-to-month/mtm) dengan nilai US$5,35 miliar. 

“Kami mengantisipasi sedikit pertumbuhan pada impor Indonesia sebesar 0,57% yoy atau 2,13% mtm di bulan November 2023,” jelasnya. 

Di sisi lain, Josua memperkirakan ekspor akan terkontraksi cukup dalam di angka 9,20% yoy atau 1,23% secara bulanan. 

Proyeksi tersebut menunjukkan adanya perbaikan dari bulan sebelumnya, di mana impor anjlok 10,43% yoy. 

Josua melihat, PMI Manufaktur dari negara-negara tujuan ekspor utama menunjukkan penurunan, menunjukkan melemahnya permintaan global, sehingga mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia.

Melansir data Trading Economics, per November 2023, PMI manufaktur mitra dagang ekspor utama RI, yaitu China di angka 50,7 sementara AS masuk di zona kontraksi dengan angka 49,4. 

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual memiliki proyeksi yang paling rendah di antara ekonom lainnya, yakni di angka US$1,91 miliar. 

Selain faktor harga komoditas global yang termoderasi, menurutnya, faktor musiman seperti tren impor minyak yang naik 2-3 bulan sekali turut memberikan andil pada kinerja ekspor impor November 2023. 

“Kalau dari faktor harga cenderung tidak banyak berubah dengan bulan sebelumnya, tapi aktivitas memang turun secara tahunan untuk ekspor,” ungkapnya. 

Adapun, BPS akan mengumumkan realisasi kinerja ekspor, impor, dan neraca dagang November pada Jumat, (14/12/2023) sekitar pukul 09.00 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper