Bisnis.com, JAKARTA- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) kembali menepis isu deindustrialisasi yang disebut tengah melanda Indonesia seiring kontribusi manufaktur mengendur. Isu tersebut menguat lantaran kinerja sektor manufaktur yang mengalami pelambatan.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan ada banyak pihak yang terus menerus menyampaikan bahwa RI dalam proses deindustrialisasi. Isu tersebut dinilai Agus tak sejalan dengan kondisi ekspansi manufaktur.
"PMI [Purchasing Manager's Index] ini juga rekor di mana 25 bulan berturut-turut PMI kita di atas 50, artinya sedang ekspansi. Hanya 2 negara di dunia yang mencatat rekor hanya Indonesia dan India," kata Agus, Senin (11/12/2023).
Laporan S&P Global mencatat PMI manufaktur RI menguat ke level 51,7 pada November 2023 atau meningkat 0,2 poin dari 51,5 pada Oktober 2023. Sejalan dengan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang juga menguat dengan skor 52,43 pada November, naik dari bulan sebelumnya 50,70.
Agus menuturkan, kondisi skor di atas 50 menunjukkan aktivitas industri yang masih ekspansi, di mana aktivitas produksi terus berjalan seiring dengan permintaan pasar yang tumbuh.
Hal inipun ditunjukkan dengan realisasi investasi manufaktur yang berkontribusi sebesar Rp163,7 triliun atau 43,7% dari total capaian investasi Indonesia pada triwulan III/2023 sebanyak Rp374,4 triliun.
Baca Juga
"Kita lihat salam beberapa tahun terakhir kontribusi dari sektor manufaktur terhadap PDB [produk domestik bruto] itu rata-rata sekitar 18,75%," tuturnya.
Pertumbuhan industri pengolahan pun tumbuh 5,20% (year-on-year/yoy) pada triwulan III/2023, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,83%. Adapun, capaian ini juga melampaui pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu 4,94% pada kuartal ketiga ini.
Lebih lanjut, untuk terus mendorong pertumbuhan industri pengolahan nasional, Kementerian Perindustrian tengah merancang kebijakan untuk mendorong peningkatan kontribusi manufaktur terhadap PDB hingga ke level 20%.
"Sederhana, dari data-data yang saya sampaikan dengan sangat mudah bisa mematahkan pandangan bahwa Indonesia sedang deindustrialisasi," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani indrawati mengungkapkan bahwa fenomena penurunan kinerja sektor manufaktur saat ini terjadi di hampir seluruh negara dunia, tak terkecuali Indonesia.
Sri Mulyani mengatakan, salah satu faktor penyebabnya adalah industri manufaktur yang kalah saing dengan sektor jasa yang berkembang sangat cepat.
"Hampir semua negara mengalami penurunan industri manufaktur, karena industri jasa memang berkembang sangat cepat sekali di era digitalisasi ini,” katanya dalam acara Kompas100 CEO Forum, Rabu (1/11/2023).
Sri Mulyani mengatakan, era digitalisasi mendorong banyak sektor berubah ke arah jasa atau services secara signifikan, yang sebelumnya sektor ini hanya dianggap bergerak di bidang keuangan dan perdagangan.
"Ini menyebabkan seolah-olah sektor jasa mengambil alih manufaktur, sementara manufaktur menjadi kecil," jelasnya.
Selain itu, Sri Mulyani mengatakan bahwa peran digitalisasi juga mempengaruhi penciptaan lapangan kerja di sektor manufaktur.