Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TikTok Shop Mau Comeback, Bagaimana Nasib Pasar Tanah Abang?

Ikappi membantah sepinya kondisi Pasar Tanah Abang dipicu oleh kehadiran TikTok Shop. Ini sederet biang keroknya.
Kondisi terkini Pusat Grosir Tanah Abang Jakarta usai TikTok Shop ditutup, Selasa (28/11/2023) - BISNIS/Ni Luh Anggela
Kondisi terkini Pusat Grosir Tanah Abang Jakarta usai TikTok Shop ditutup, Selasa (28/11/2023) - BISNIS/Ni Luh Anggela

Bisnis.com, JAKARTA - Rencana TikTok Shop bakal kembali membuka layanannya di Indonesia santer beredar. TikTok dikabarkan menggandeng PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) untuk membentuk e-commerce.

Di tengah santernya isu tersebut, kondisi Pasar Tanah Abang tak lepas menjadi sorotan. Seperti diketahui, TikTok Shop sebelumnya dituding sebagai biang kerok dari lesunya penjualan di Pasar Tanah Abang.

Namun, faktanya sejak TikTok Shop resmi ditutup di Indonesia pada awal Oktober 2023 lalu, kondisi pusat grosir tertua dan terbesar di Asia Tenggara ini masih sepi pengunjung.

Berdasarkan pantauan Bisnis, dua bulan sejak layanan milik ByteDance Ltd. ditutup, suasana Pasar Tanah Abang masih tampak lenggang. Bahkan tak banyak pengunjung yang berlalu lalang atau sekadar duduk di tangga lobi Blok A dan Blok B Pusat Grosir Tanah Abang.

Ketua Umum DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri, membantah sepinya kondisi Pasar Tanah Abang dipicu oleh kehadiran TikTok Shop. Pun ada, pengaruhnya hanya sekitar 20% saja dari total keseluruhan penyebab sepinya pasar ini. 

Abdullah Mansuri mengungkapkan, kondisi tersebut sebetulnya sudah berlangsung pascaCovid-19 meski kala itu jumlah pengunjung sempat bergeliat, tapi turun lagi lantaran masyarakat mulai nyaman berbelanja via online. 

“Sisanya itu memang karena daya beli masyarakat yang menurun dan banyaknya pasar online yang lebih besar. Jadi TikTok Shop itu hanya sebagian kecil aja dari keseluruhan,” kata Abdullah Mansuri kepada Bisnis, Selasa (5/12/2023).

Diberitakan Bisnis sebelumnya, sejumlah pedagang mengeklaim tingkat pengunjung mulai pulih usai ditutupnya TikTok Shop, meski tak naik signifikan.

“Kalau masih ada TikTok Shop mah benar-benar sepi kita,” ujar Lina (45), pemilik toko Lina Fashion kepada Bisnis beberapa waktu lalu. 

Namun, tak semua sependapat dengan Lina. Sumitro (45), pemilik Toko Wanwan menduga, merosotnya tingkat kunjungan pembeli ke Pasar Tanah Abang disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat sebagai efek dari pandemi Covid-19. 

“Kayaknya emang di bawahnya [masyarakat] yang agak susah, daya belinya sulit,” ungkapnya.

Barang Impor Murah

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengatakan banjirnya barang murah dengan kualitas buruk menjadi dalang sepinya Pasar Tanah Abang. Sebab jika berbicara soal penjualan via online, pedagang di pasar ini sudah dari dulu berdagang melalui multichannel.

Kendati telah merambah ke platform daring, para pedagang masih kalah dibandingkan para penjual yang memberikan harga yang sangat murah.

“Banyak barang-barang yang dijual dari luar negeri dengan harga murah, padahal kualitasnya buruk,” ungkap Teten, beberapa waktu lalu.

Selain daya beli masyarakat yang menurun dan menjamurnya pasar online di Tanah Air, Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengungkap faktor lainnya. Mulai dari inflasi, tingkat kenyamanan mal, hingga pola konsumsi masyarakat yang sudah mulai berubah ke konsumsi secara online. 

Huda menuturkan, konsumsi masyarakat melambat, utamanya untuk konsumsi pakaian. Sebab, belum ada perayaan khusus yang dapat meningkatkan permintaan pakaian di kuartal III dan IV/2023. 

Fasilitas Pasar Tanah Abang yang dirasa kurang juga menjadi alasan banyak orang malas untuk sekedar berkunjung ke pasar ini.

“Inflasi juga menyebabkan orang menahan pembelian barang untuk kebutuhan sandang, fokus pengeluaran mereka ke pangan,” tuturnya. 

Kondisi sepi pengunjung yang terjadi di Pasar Tanah Abang ternyata juga dirasakan di semua lini ritel dan bisnis pada 2023. 

Staf Ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Yongky Susilo, menyampaikan, ritel barang konsumen yang bergerak cepat (Fast Moving Consumer Good/FMCG) pada kuartal III/2023 dibanding periode yang sama tahun lalu minus 5%.

FMCG merupakan produk yang dapat terjual secara cepat dengan harga yang relatif murah. Biasanya, produk-produknya merupakan kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, kebutuhan pribadi (sabun, shampo, pasta gigi, dan lainnya), serta kebersihan rumah (cairan pembersih lantai, deterjen, dan lainnya).

Jika FMCG saja sudah minus 5%, maka sektor ritel lain seperti fesyen, hingga elektronik bakal lebih terpuruk.

Kinerja penjualan ritel pada Lebaran 2023 juga lebih buruk dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kondisi tersebut kian parah pasca momen Lebaran.

“Kuartal III/2023 [kinerja penjualan ritel] jelek karena waktu itu semua wait and see menjelang pemilu, menunggu nama-nama calon presiden,” jelas Yongky. 

Yongky sendiri tidak dapat memastikan apakah kondisi ‘sepi’ tersebut bakal berlanjut hingga 2024. Kendati begitu, jika pesta demokrasi dapat berjalan dengan aman dan stabil, serta adanya evaluasi terhadap sejumlah kebijakan seperti kemudahan berusaha, ada kemungkinan bahwa kinerja penjualan ritel membaik tahun depan.

Tanah Abang Harus Berbenah

Melihat berbagai faktor yang ada, banyak masukan yang diberikan oleh sejumlah pengamat dan asosiasi agar Pasar Tanah Abang kembali berjaya.

Menurut Huda, hal mendasar yang dapat dilakukan pengelola Pasar Tanah Abang adalah menciptakan suasana nyaman bagi pengunjung. Selain itu, pengelola juga dapat menggelar kegiatan-kegiatan yang dapat menarik kunjungan ke Pasar Tanah Abang.

Tidak lupa, mengenai parkiran yang sempat dikeluhkan oleh sejumlah masyarakat yang dinilai terlalu mahal.

Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, menilai para pedagang grosir harus secara aktif memiliki akses penjualan online, selain memiliki akses penjualan offline melalui kios ataupun toko. 

Peran penting pemerintah dalam memberlakukan berbagai ketentuan dan peraturan atas barang serta produk yang dijual secara online juga sangat penting agar lebih seimbang dan lebih adil. Dengan begitu, pedagang grosir offline tidak semakin terpuruk, seperti halnya Pasar Tanah Abang. 

Alphonzus menyebut, para pedagang offline diharuskan menanggung berbagai beban, mulai dari perizinan sampai dengan berbagai perpajakan.

“Hal ini sama sekali tidak dialami oleh para pedagang online akibat pemerintah masih belum mengaturnya secara serius dan konsisten,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper