Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS: Nilai Tukar Petani November 2023 Naik 0,82%

BPS melaporkan nilai tukar petani (NTP) pada November 2023 sebesar 116,73, naik sebesar 0,82% dibandingkan Oktober 2023.
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petani beraktivitas di lahan persawahan di kawasan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (17/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai tukar petani (NTP) pada November 2023 sebesar 116,73. Angka tersebut naik sebesar 0,82% dibandingkan Oktober 2023.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud mengatakan, kenaikan NTP pada November ini dipicu oleh kenaikan indeks yang diterima petani yang naik 1,42% lebih tinggi dari indeks yang dibayar petani. Tercatat indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,59%.

“Empat komoditas dominan yang memengaruhi kenaikan indeks secara nasional adalah cabai rawit, kelapa sawit, cabai merah, dan bawang merah,” kata Edy dalam Rilis BPS, Jumat (1/12/2023).

Lebih lanjut dia menjelaskan, peningkatan NTP tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura. BPS mencatat NTP pada subsektor ini naik sebesar 8,64% pada November 2023.

Adapun, penurunan NTP terdalam terjadi pada subsektor perikanan tangkap. Edy mengungkapkan, nilai tukar nelayan turun sebesar 1,26% pada November 2023.

“Penurunan ini terjadi karena indeks yang diterima nelayan turun 0,87%, sedangkan indeks yang dibayar nelayan mengalami kenaikan 0,40%,” ungkapnya.

Empat komoditas dominan yang mempengaruhi penurunan indeks yang diterima nelayan subsektor perikanan tangkap adalah ikan cakalang dan ikan tongkol.

Sementara itu, nilai tukar usaha petani (NTUP) tercatat 118,30 pada November 2023 atau naik 1,30% dibandingkan bulan lalu.

Edy menuturkan, kenaikan NTUP disebabkan oleh nilai indeks yang diterima petani naik 1,42% lebih tinggi dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) yang mengalami kenaikan sebesar 0,12%

Komoditas yang dominan memengaruhi kenaikan indeks yang diterima secara nasional adalah cabai rawit, kelapa sawit, cabai merah dan bawang merah.

Untuk komoditas yang memengaruhi kenaikan indeks BPPBM secara nasional adalah benih padi, bibit bawang merah, upah pemanenan, dan upah penanaman.

Adapun, peningkatan NTUP tertinggi terjadi di subsektor hortikultura yaitu naik 8,97%. Kenaikan ini karena indeks yang diterima untuk subsektor ini naik 9,17% lebih tinggi dari kenaikan BPPBM yang juga naik 0,18%.

Penurunan NTUP terdalam terjadi pada perikanan tangkap. BPS melaporkan NTUP subsektor ini turun 0,90%.

“Kalau kita dalami ini dipicu oleh kenaikan indeks yang diterima itu turun 0,87% sementara indeks BPPBM naik 0.03%,” tutur Edy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper