Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai tukar petani (NTP) pada November 2023 sebesar 116,73. Angka tersebut naik sebesar 0,82% dibandingkan Oktober 2023.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud mengatakan, kenaikan NTP pada November ini dipicu oleh kenaikan indeks yang diterima petani yang naik 1,42% lebih tinggi dari indeks yang dibayar petani. Tercatat indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,59%.
“Empat komoditas dominan yang memengaruhi kenaikan indeks secara nasional adalah cabai rawit, kelapa sawit, cabai merah, dan bawang merah,” kata Edy dalam Rilis BPS, Jumat (1/12/2023).
Lebih lanjut dia menjelaskan, peningkatan NTP tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura. BPS mencatat NTP pada subsektor ini naik sebesar 8,64% pada November 2023.
Adapun, penurunan NTP terdalam terjadi pada subsektor perikanan tangkap. Edy mengungkapkan, nilai tukar nelayan turun sebesar 1,26% pada November 2023.
“Penurunan ini terjadi karena indeks yang diterima nelayan turun 0,87%, sedangkan indeks yang dibayar nelayan mengalami kenaikan 0,40%,” ungkapnya.
Baca Juga
Empat komoditas dominan yang mempengaruhi penurunan indeks yang diterima nelayan subsektor perikanan tangkap adalah ikan cakalang dan ikan tongkol.
Sementara itu, nilai tukar usaha petani (NTUP) tercatat 118,30 pada November 2023 atau naik 1,30% dibandingkan bulan lalu.
Edy menuturkan, kenaikan NTUP disebabkan oleh nilai indeks yang diterima petani naik 1,42% lebih tinggi dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) yang mengalami kenaikan sebesar 0,12%
Komoditas yang dominan memengaruhi kenaikan indeks yang diterima secara nasional adalah cabai rawit, kelapa sawit, cabai merah dan bawang merah.
Untuk komoditas yang memengaruhi kenaikan indeks BPPBM secara nasional adalah benih padi, bibit bawang merah, upah pemanenan, dan upah penanaman.
Adapun, peningkatan NTUP tertinggi terjadi di subsektor hortikultura yaitu naik 8,97%. Kenaikan ini karena indeks yang diterima untuk subsektor ini naik 9,17% lebih tinggi dari kenaikan BPPBM yang juga naik 0,18%.
Penurunan NTUP terdalam terjadi pada perikanan tangkap. BPS melaporkan NTUP subsektor ini turun 0,90%.
“Kalau kita dalami ini dipicu oleh kenaikan indeks yang diterima itu turun 0,87% sementara indeks BPPBM naik 0.03%,” tutur Edy.