Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta pengeboran lanjutan di Blok Masela mulai dilakukan tahun depan.
Dorongan itu disampaikan selepas revisi kedua rencana pengembangan atau plan of development (PoD) I proyek LNG Abadi Blok Masela disetujui Menteri ESDM Arifin Tasrif, Selasa (28/11/2023) lalu.
“Langusng dilakukan perencanaan untuk pengeboran, langsung program PoD itu secepat mungkin,” kata Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji di Kementerian ESDM, Jumat (1/12/2023).
Selain rencana pengeboran, Tutuka menargetkan, keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID) untuk proyek dengan nilai estimasi saat ini di kisaran US$19,8 miliar itu ikut diselesaikan tahun depan.
“FID-nya sudah dikerjakan tinggal minta percepatan,” kata Tutuka.
Beberapa poin krusial yang tertuang dalam PoD itu, di antaranya komitmen operasi komersial pada akhir 2029, serta rencana pemasangan fasilitas tangkap gas buang atau carbon capture and storage (CCS).
Baca Juga
Pada proposal pengembangan yang baru, SKK Migas melaporkan tambahan investasi untuk CSS itu diestimasikan berada di sekitaran US$1 miliar atau setara dengan Rp15,52 triliun (asumsi kurs Rp15.520 per dolar AS). Sementara itu, untuk investasi lainnya pada kegiatan hulu migas sendiri tidak banyak bergeser.
“Kemarin target onstream akhir 2029, mudah-mudahan bisa memenuhi long term planning kita,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Kamis (30/11/2023).
Sebelumnya, operator Blok Masela, Inpex Masela Ltd tengah bernegosiasi dengan pemerintah Indonesia ihwal kebutuhan amandemen ulang production sharing contract atau PSC proyek LNG Abadi Blok Masela.
Amandemen kontrak diharapkan dapat membuat keekonomian proyek strategis nasional (PSN) itu lebih menarik di tengah komitmen Inpex untuk memasukkan fasilitas CCS dalam rencana pengembangan yang telah dikirim pada April 2023 lalu.
Inpex menargetkan biaya pengembangan bisa ditekan optimal dengan tingkat pengembalian investasi atau internal rate of return (IRR) berada di rentang 10%.
“Kita tidak hanya mengharapkan IRR akan berada di rentang 10%, tapi kami telah memulai negosiasi dengan pemerintah, apa negosiasinya kita tidak dapat memberi tahu sekarang isinya,” kata Managing Executive Officer Senior Vice President Asia Projects Inpex Akihiro Watanabe saat Inpex Investor Day 2023 dikutip Rabu (29/11/2023).
Inpex mengajukan ongkos pemasangan dan operasi CCS bisa dibebankan ke dalam kontrak bagi hasil atau PSC yang saat ini didorong untuk diamandemen. Rencananya, biaya operasi CCS langsung dibayarkan lewat penjualan gas dan kondesat dari proyek lapangan mendatang.
“Untuk mengamankan rencana ini, PSC itu perlu diamandemen itu yang saat ini sedang kami pikirkan, sekali itu terwujud kami berencana untuk mulai menjalankan proyek akhir tahun ini atau tahun depan,” kata dia.
Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diperkirakan dapat mencapai 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta mtpa dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd).
Proyek yang semula diperkirakan menelan biaya investasi hingga US$19,8 miliar itu menjadi aset pengelolaan gas terbesar kedua dari Inpex, setelah Ichthys LNG Project di Australia.
Proyek Blok Abadi Masela itu bakal menutupi lebih dari 10% kebutuhan impor LNG tahunan Jepang nantinya. Di sisi lain, proyek itu juga diharapkan dapat menjaga ketahanan pasokan energi di Indonesia, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya.