Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Wanti-Wanti Risiko Ancaman AI terhadap Demokrasi

Sri Mulyani mengungkapkan bahwa implementasi dari AI menjadi tantangan bagi negara-negara penganut demokrasi, seperti Indonesia, hingga Eropa dan AS.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kata sambutan saat Bisnis Indonesia Business Challenges 2024 di Jakarta, Kamis (23/11/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kata sambutan saat Bisnis Indonesia Business Challenges 2024 di Jakarta, Kamis (23/11/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) perlu berhati-hati karena berpotensi mengancam keberlangsungan demokrasi. 

Sri Mulyani mengungkapkan bahwa implementasi dari AI menjadi tantangan bagi negara-negara penganut demokrasi, seperti Indonesia, hingga Eropa dan Amerika Serikat. 

Di mana AI mengelompokkan masyarakat berdasarkan kesukaan mereka. Seperti halnya seseorang yang menyukai jenis makanan tertentu, akan digabungkan dengan orang yang juga menyukai hal yang sama. Alhasil, AI yang justru mengatur manusia.

“Kecerdasan buatan sangat sistematis dan mengelompokkan masyarakat,” ungkapnya dalam Indonesia-EU Investment Summit 2023, Kamis (30/11/2023). 

Untuk itu, Sri Mulyani menyoroti bahwa penggunanaan kecerdasan buatan ini harus sangat hati-hati karena mengganggu masyarakat. 

Menurutnya, hal ini akan mengotak-ngotakan masyarakat dan membatasi sosialisasi masyarakat dengan kelompok-kelompok lainnya. 

“Demokrasi dengan intervensi AI seperti ini. Saya harus mengatakan bahwa kita harus sangat berhati-hati dalam hal keberlanjutan dan kualitas demokrasi,” lanjutnya. 

Sri Mulyani menekankan bahwa adanya AI dalam era digitalisasi bukan berarti mengotomatisasi pekerjaan dan proses bisnis berubah lebih efisien. Dalam hal ini, AI sebagai pendorong atau enabler dalam proses bisnis.

Era digitalisasi telah mendorong perubahan sosial di masyarakat dan memberikan dampak pada ekonomi Indonesia. 

Sri Mulyani melihat nilai ekonomi digital Indonesia akan semakin meningkat setiap tahunnya, dan mencapai US$82 miliar atau sekitar Rp1.262,8 triliun (kurs Rp15.400 per dolar AS) pada 2023. Di mana e-commerce atau perdagangan online/daring akan menjadi salah satu motor penggerak utama dari kenaikan nilai tersebut. 

Dalam paparannya, tercatat sejak 2021 ekonomi digital Indonesia tumbuh cukup signifikan. Pada 2022, mencapai US$76 miliar atau naik 20% dari 2021 dengan angka US$63 miliar. 

Sementara dengan proyeksi tahun ini sebesar US$82 miliar, tumbuh 8% dari 2022. Kenaikan yang eksponensial, kata Sri Mulyani, di mana pada 2030 nilai ekonomi digital berpotensi mencapai US$360 miliar.  

Berdasarkan subsektor, e-commerce diproyeksi akan mencapai US$62 miliar pada 2023, naik 7% dari 2022 senilai US$58 miliar. Bahkan pada 2025 diproyeksi akan mencapai US$82 miliar. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper