Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Merger Operator Bandara hingga Kilang Baru

KemenBUMN bakal menggabungkan Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II menjadi satu entitas. Sementara, pemerintah meresmikan kilang migas baru di Papua Barat.
Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta./ Dok. Angkasa Pura II
Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta./ Dok. Angkasa Pura II

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam beberapa pekan ke depan, wajah operator bandara milik Negara akan berganti seiring menguatnya rencana merger antara Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II. Rencana ini ditargetkan rampung Desember 2023.

Bagi pemerintah, aksi korporasi antardua operator plat merah ini akan memberi gairah baru bagi industri aviasi di Tanah Air. Seluruh bisnis dibawah naungan keduanya bakal ditangani dalam manajemen yang sama.

Sejauh ini, pemerintah agaknya pede merealisasikan rencana ini. Selain telah membentuk berbagai holding mulai dari kesehatan hingga pertambangan dan pertanian, Kementerian Badan Usaha Milik Negara sudah pernah menggabungkan operator transportasi dalam negeri.

Contoh paling dekat adalah saat menggabungkan Pelindo I, Pelindo II, Pelindo III dan Pelindo IV menjadi satu perusahaan: PT Pelabuhan Indonesia (Persero). Perubahan yang dimulai pada 1 Oktober 2021 ini berdampak besar bagi sektor kepelabuhan di Tanah Air.

Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan bahwa pemerintah telah merencanakan pembentukan sebuah perusahaan sebagai holding strategis yang menaungi AP I dan AP II.

Di sisi lain, Presiden Joko Widodo meresmikan Tangguh Train 3 di Teluk Bintuni, Papua Barat. Kilang liquified natural gas anyar sekaligus terbesar di Indonesia ini bakal turut menambah kapasitas produksi migas nasional.

Beroperasinya Tangguh Train 3 akan meningkatkan kapasitas produksi tahunan Tangguh LNG jadi 11,4 juta ton per tahun dan berkontribusi signifikan mendukung target produksi gas 12 miliar standard kaki kubik pada 2030.

Upaya peningkatan produksi migas dalam negeri ini tidak murah. Setidaknya kilang Tangguh Train 3 milik British Petroleum (BP Berau Ltd) ini dibangun dengan investasi yang tidak kecil, mencapai US$4,83 miliar atau Rp72,45 triliun.

“Puji dan syukur Alhamdulillah hari ini kita akan meresmikan proyek Tangguh Train 3 penghasil gas bumi terbesar di Indonesia. Saya resmikan PSN Tangguh Train 3 di Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat,” kata Jokowi di Papua Barat, Jumat (24/11/2023).

LNG Tangguh yang berlokasi di Kabupaten Teluk Bintuni telah beroperasi sejak 2009 dan sekarang terdiri dari fasilitas produksi gas lepas laut yang suplai tiga kilang LNG dengan kapasitas masing-masing sebesar 3,8 million ton per annum (mtpa).

Lapangan Tangguh merupakan penghasil gas bumi terbesar di Indonesia yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gas nasional.

Dua potongan berita ini merupakan berita pilihan dari meja redaksi Bisnisindonesia.id yang disajikan secara analitik dan mendalam, berikut 5 berita pilihan selama Jumat (24/11/2023).

1. Hitung Mundur Merger Angkasa Pura

Penggabungan kedua operator tersebut dilakukan guna mengintegrasikan layanan transportasi udara. Pasalnya, saat ini perencanaan layanan udara di Indonesia masih terpisah antara wilayah Barat dan Timur Indonesia.

"Pembentukan strategic holding agar ada proses interaksi untuk membangun ekosistem transportasi udara secara utuh. Targetnya [holding] rampung tahun ini," kata Tiko belum lama ini.

Selama puluhan tahun, pemerintah membelah pengelolaan bandara pada dua perusahaan berbeda. Angkasa Pura I mengelola sedikitnya 15 bandara utama di wilayah timur Indonesia. Perseroan bertanggung jawab atas beberapa pelabuhan udara di antaranya I Gusti Ngurah Rai, Bali; Sultan Hasanuddin, Makassar hingga Sentani, Jayapura.

Di sisi lain, Angkasa Pura II menggawangi 20 bandara di wilayah barat Indonesia. Beberapa di antaranya tentu Bandara Soekarno Hatta; Kualanamu, Medan; Mahmud Badaruddin, Palembang; Kertajati, Jawa Barat hingga Sultan Iskandar Muda di ujung barat Sumatra, Aceh.

Penggabungan kedua digadang-gadang dapat meningkatkan kinerja industri penerbangan di Indonesia. Sekaligus memperbesar perjalanan wisata baik dalam negeri maupun wisatawan mancanegara.

2. Masih Mini Pembiayaan Kendaraan Listrik Pribadi

Pembiayaan kendaraan listrik industri multifinance masih menjadi pekerjaan rumah meskipun prospek cukup menjanjikan. Mengingat infrastruktur kendaraan listrik yang belum juga masif.

Adapun hingga saat ini, porsi pembiayaan kendaraan listrik baru mencapai 1-3% dibandingkan dengan keseuruhan penyaluran pembiayaan. Industri menyebut permintaan kendaraan listrik, khususnya mobil belum terlalu besar. Kondisi tersebut tercermin dari belum banyaknya merek yang tersedia di Indonesia. Mobil listrik di Tanah Air saat ini juga masih didominasi oleh merek non Jepang seperti China dan Korea.

“Jadi secara demand, belum benar-benar mencapai satu volume yang diharapkan,” kata Direktur Bisnis BFI Finance Sutadi belum lama ini.

Suradi mengamini infrastruktur kendaraan listrik di Indonesia juga masih belum optimal. Tren penjualan kendaraan listrik saat ini pun masih didukung dari sektor korporasi dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Meskipun dari sisi peluang, pembiayaan listrik dinilai cukup positif.

Untuk mendongkrak penjualan kendaraan listrik, pihaknya juga mulai melakukan pembiayaan motor listrik mellaui pilot projek dengan skala terbatas. Di sisi lain, Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono menilai bahwa salah satu faktor untuk mempercepat pertumbuhan kendaraan listrik adalah subsidi yang sudah diluncurkan pemerintah. Meskipun realisasi subsidi belum terlalu cepat.

3. Langkah META Targetkan Kinerja Positif di 2024

Grup Salim, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) optimistis kinerja keuangan perseroan bisa membaik ke depannya. Pasalnya, emiten infrastruktur ini masih mencatatkan kerugian meskipun pendapatan mengalami kenaikan.

Hingga akhir kuartal III tahun 2023, emiten berkode META mencatat kerugian Rp156,86 miliar, sedangkan pada 2022 META mencatatkan laba Rp65,56 miliar. META membukukan pendapatan Rp1,4 triliun hingga kuartal III tahun 2023 naik 132,07% dari periode sama tahun lalu sebesar Rp614,6 miliar.

Adapun pendapatan META bersumber dari segmen usaha dan penjualan, usaha lainnya, dan konstruksi. Pendapatan usaha dan penjualan META hingga akhir September 2023 sebesar Rp665,27 miliar, naik dari sebelumnya Rp602,14 miliar pada periode sama tahun lalu. Kemudian, pendapatan usaha lainnya senilai Rp11,6 miliar turun dari sebelumnya Rp12,09 miliar pada kuartal III tahun 2022. Lalu, pendapatan konstruksi Rp749,5 miliar hingga kuartal III tahun 2023, naik dari sebelumnya Rp405,9 miliar pada periode sama tahun lalu.

Direktur META Danni Hasan mengatakan beban utang perusahaan bisa berkurang lebih dari Rp4 triliun dan diharapkan beban dari sisi keuangan juga akan jauh berkurang.

Menurutnya, pertumbuhan pendapatan META kuartal IV tahun 2023 tidak akan banyak berubah dari pendapatan kuartal III tahun 2023.

4. Defisit APBN Pertama dan PR Genjot Belanja Negara

APBN atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara mencatatkan defisit untuk pertama kalinya pada tahun ini, yaitu senilai Rp700 miliar per Oktober 2023.

Secara persentase, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan defisit sebesar 0,003% terhadap produk domestik bruto (PDB). Kondisi ini akibat kinerja pendapatan dan belanja pemerintah yang melewati titik seimbangnya pada periode ini.

Tercatat, belanja negara hingga Oktober 2023 sejumlah Rp2.240,8 triliun. Sementara pendapatan yang masuk ke kas negara terkumpul senilai Rp2.240,1 triliun.

"Belanja negara hampir sama angkanya antara nominal pendapatan dan belanja negara, namun belanja negara baru 70,32% dari total pagu dalam UU APBN," ungkapnya dalam Konferensi Pers APBN Kita edisi November 2023, Jumat (24/11/2023).

Sri Mulyani menjelaskan, pendapatan negara yang tumbuh sebesar 2,8% (year-on-year/yoy) tersebut berasal dari penerimaan pajak senilai Rp1.523,7 triliun atau 88,7% dari target pemerintah.

5. Mengejar Target Produksi Migas ke Teluk Bintuni

Selain meresmikan proyek Tangguh Train 3, Jokowi juga mengumumkan pengembangan 3 proyek lain di Papua Barat yang masih merupakan bagian dari proyek hulu migas dan turunannya.

Pertama, Proyek Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) Ubadari yang merupakan proyek terintegrasi berikutnya dari Proyek Tangguh. Kedua, proyek hilirisasi blue ammonia. Ketiga, akan segera dimulainya pengembangan Lapangan Gas Alam Asap Kido Merah (AKM) pada wilayah kerja Kasuri.

Pada kesempatan yang sama, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa total investasi dari ketiga proyek tersebut mencapai US$8,2 miliar atau setara Rp127 triliun (asumsi kurs Rp15.591 per US$).

“Total investasi US$8,2 miliar untuk tiga proyek yang baru groundbreaking oleh Presiden Jokowi tadi di Teluk Bintuni, Papua Barat,” kata Dwi.

Investasi proyek Ubadari Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) atau UCC menyentuh US$4 miliar. Kemudian, proyek Lapangan Gas Asap, Kido, Merah (AKM) membutuhkan investasinya US$3,2 miliar. Sedangkan, proyek hilirisasi Blue Ammonia investasinya sebesar US$1 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper