Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyoroti sektor keuangan Indonesia yang masih dangkal, juga masih didominasi oleh sektor perbankan.
Febrio menyampaikan, total aset sektor keuangan Indonesia pada 2022 mencapai Rp13.565,8 triliun, di mana 77,9% dari total aset tersebut berasal dari perbankan, sisanya asuransi 9,7%, dana pensiun 8,3%, lembaga pembiayaaan 3,4%, dan lainnya 0,7%.
Kedalaman sektor keuangan Indonesia pun, baik aset bank, kapitalisasi pasar modal, asuransi, maupun dana pensiun, relatif dangkal dibandingkan dengan negara Asean-5.
“Untuk negara berkembang sebesar Indonesia, penduduknya 270 juta orang, ekonomi kita sekarang US$1,3 triliun, perekonomian kita nomor 16 di dunia dari size PDB, tapi sektor keuangannya masih underdeveloped,” katanya dalam acara Bank BTPN Economic Outlook 2024, Rabu (22/11/2023).
Jika dirincikaan, aset perbankan Indonesia terhadap PDB pada 2022 baru sebesar 59,5%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia yang mencapai 198,6%, Filipina 99,2%, Singapura 572,1%, dan Thailand 146,6%.
Kapitalisasi pasar modal terhadap PDB Indonesia juga baru sebesar 48,3%, ddii bawah Malaysia 109,9%, Filipina 93,2%, Singapura 189,0%, dan Thailand 120,9%.
Baca Juga
Lebih lanjut, industri keuangan non bank dinilai memiliki peran yang masih kecil terhadap sektor keuangan maupun PDB Indonesia.
Proporsi aset industri asuransi terhadap PDB Indonesia pada 2022 baru sebesar 5,8%, pun di bawah Malaysia yang sebesar 20,3%, Filipina 8,5%, Singapura 47,5%, dan Thailand 23,2%.
Selain itu, proporsi aset dana pensiun terhadap PDB Indonesia juga masih sangat kecil, yaitu sebesar 6,9%, meski lebih tinggi dari Filipina yang sebesar 3,5%. Di sisi lain, proporsi aset dana pensiun terhadap PDB di Malaysia telah mencapai 59,9% dan Singapura 32,2%.
Dengan berbagai perkembangan tersebut, kapasitas menghimpun dana oleh sektor keuangan Indonesia dinilai relatif rendah, sementara potensi pendalaman mash sangat besar.
“Ini sangat rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi yang sangat vibrant dan tingkat literasi kelas menengahnya, ini yang ingin kita dorong lebih kuat, makanya reformasi di sektor keuangan non bank akan menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar bagi kita mulai sekarang dan sampai beberapa tahun ke depan,” tutur Feebrio.