Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Energi sekaligus pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto berpendapat pemerintah mesti memberi tambahan insentif fiskal dan non-fiskal untuk mendukung realisasi komitmen kerja pasti PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) ihwal pengembangan chemical enhanced oil recovery (CEOR) Tahap 1 Lapangan Minas, Blok Rokan.
Adapun, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) baru saja menerima rencana pengambangan atau plan of developement (PoD) KKP CEOR Tahap 1 Lapangan Minas, Senin (13/11/2023).
Rencananya, PHR bakal melakukan injeksi perdana surfaktan di Lapangan Minas sekitar akhir 2025 sesuai dengan tenggat KKP. Ruang lingkup pekerjaan tahap 1 itu meliputi 37 sumur termasuk sumur produksi, injector, observasi, dan disposal dengan menerapkan konfigurasi sumur berpola 7 spot inverted irregular.
“Penerapan EOR, apalagi chemical EOR, faktor risiko karena ketidakpastiannya tetap tinggi. Pada lapangan yang sudah mature, tingkat risikonya bisa dikatakan lebih tinggi atau setara dengan melakukan pemboran eksplorasi di wilayah pengembangan,” kata Pri saat dihubungi Bisnis, Rabu (15/11/2023).
Pri mengatakan, isu keekonomian proyek bakal berkaitan erat dengan faktor teknis serta pengembalian investasi pada kegiatan penambahan produksi nantinya. Dengan demikian, kata dia, pemerintah perlu mempertimbangkan untuk menambah bagi hasil atau split, serta fasilitas fiskal lainnya untuk pengembangan CEOR tersebut.
“Apakah biaya investasi yang dikeluarkan akan sebanding dengan tambahan hasil produksi yang didapat. Fiscal terms di dalam kontrak yang berlaku, maupun jenis kontrak yang diberlakukan, sangat menentukan dalam hal ini,” kata dia.
Baca Juga
Sebelumnya, Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf menuturkan, lembaganya menerima dokumen pengembangan Blok Rokan lewat adopsi teknologi pengurasan minyak tahap lanjut itu pada Senin (13/11/2023).
“Usulan PoD untuk Chemical EOR baru dikirim Senin sore lalu,” kata Nanang saat dikonfirmasi, Rabu (15/11/2023).
Saat ini, kata Nanang, lembanganya masih melakukan evaluasi untuk rencana pengembangan yang disampaikan PHR tersebut. Selepas kajian itu, dia mengatakan, rekomendasi PoD akan disampaikan ke Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif untuk mendapat persetujuan.
“Butuh review beberapa hari lah setelah review nanti kita bikin pengantar ke pak menteri untuk mendapat persetujuan karena ini kan bagian dari komitmen kerja pasti,” kata Nanang saat dikonfirmasi.
EOR merupakan metode yang diaplikasikan untuk meningkatkan produksi hidrokarbon dari reservoir minyak apabila metode primary recovery dan secondary recovery tidak efisien lagi untuk menguras minyak.
Spesifiknya EOR menguras minyak dengan menginjeksikan material atau fluida khusus dari luar reservoir, seperti energi mekanik, kimia dan termik.
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) tengah membuka peluang kerja sama untuk bisa mengembangkan chemical EOR yang akan digunakan untuk meningkatkan produksi di WK Rokan.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, sampai dengan proses alih kelola WK Rokan rampung, formula chemical EOR yang dimiliki oleh Chevron Pacific Indonesia tidak dapat dibuktikan sebagai bagian dari cost recovery.
Nicke menuturkan, sampai dengan saat ini, Pertamina masih tetap melakukan pembicaraan untuk membuat kerja sama dengan Chevron Oronite yang merupakan anak usaha dari Chevron yang memegang formula chemical EOR.
“Kami tinggal berhitung saja mengenai keekonomian. Jadi masih terbuka untuk menggunakan itu. Namun, paralel karena kami melihat kami bisa juga buka dengan perusahaan-perusahaan lain yang memang berminat juga untuk proof of concept chemical EOR di Rokan ini karena menarik sekali,” ujarnya.
Blok Rokan menjadi salah satu ladang minyak subur dengan cadangan paling besar yang pernah ditemukan di Indonesia. Saat ini, Blok Rokan menyumbang 26% dari total produksi nasional. Blok yang memiliki luas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan di mana tiga lapangan berpotensi menghasilkan minyak sangat baik, yaitu Duri, Minas dan Bekasap.
Cadangan minyak yang dimiliki Blok Rokan mencapai 500 juta hingga 1,5 miliar barel oil equivalent tanpa enhance oil recovery atau EOR.
Pertamina menargetkan pengembangan blok migas itu dapat dikerjakan lebih cepat dengan target produksi pada 2025. Adapun, SKK Migas masih berupaya untuk mencari harga keekonomian yang lebih efisien untuk mengembangkan rencana EOR pada blok migas tersebut.