Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan ada indikasi hidrokarbon dari hasil pengeboran sumur migas non konvensional (MNK), Sumur Gulamo di Blok Rokan.
Temuan awal itu, saat ini masih dipelajari PT Pertamina (Persero) bersama dengan rekanannya, EOG Resources, perusahaan asal Amerika Serikat.
“Dari batuan ini kan memang ada indikasi hidrokarbon yang memberikan harapan tentu saja setelah selesai data-data ini akan dianalisa bersama-sama,” kata Arifin saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (13/10/2023).
Rencanannya, Arifin mengatakan pengeboran sumur MNK lainnya di Blok Rokan akan dilanjutkan untuk Sumur Kelo akhir tahun ini. Dia berharap pengeboran lanjutan pada potensi MNK itu dapat meningkatkan lifting minyak sampai dengan 2030 mendatang.
“Diharapkan dua sumur ini bisa memberikan potensi yang cukup membantu lah diperkirakan kira kira sekitar 80 juta barel,” kata dia.
Saat ini, kata Arifin, kementeriannya tengah menyiapkan regulasi baru untuk mendukung proyek pengeboran sumur MNK ini.
Baca Juga
“MNK ini kan lebih dalam lebih susah, nanti kita mau bahas dengan pihak terkait,” kata dia.
Berdasarkan hasil pengujian Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat pada 2013 lalu, potensi MNK pada lima cekungan di Indonesia mengandung sumber daya gas dan minyak in-place masing-masing sebesar 303 triliun kaki kubik (Tcf) dan 234 miliar barel minyak (BBO).
Salah satu potensi sumber daya MNK itu berada pada Sentral Sumatra Basin, di mana Wilayah Kerja (WK) Rokan yang dikelola oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR) merupakan bagian dari cekungan tersebut.
Arifin mengatakan, potensi MNK yang ada di Blok Rokan mencapai 1,28 miliar. Hitung-hitungan itu, kata Arifin, dapat mengurangi impor minyak Indonesia jika dapat dimonetisasi optimal.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah mempelajari lebih dari 20 WK prospektif untuk dikembangkan sebagai lapangan MNK.
Saat ini, baru terdapat dua sumur dari Blok Rokan, yakni Gulamo dan Kelo, yang masuk tahap tajak akhir pada Juli 2023 ini untuk pengujian potensi serta kelayakan pengembangan sumur tua di Indonesia.
Sementara itu, SKK Migas melaporkan studi prospektif pengembangan MNK pada 20 WK itu tersebar di sejumlah kawasan yang membentang dari Sumatra, Tanjung Kalimantan, hingga Jawa Barat utara.
Berdasarkan studi SKK Migas, kontribusi MNK untuk produksi minyak dapat mencapai 72.000 barel minyak per hari (bopd) pada 2030 mendatang. Asumsinya, target itu bakal ditopang dari 12 lapangan pengembangan yang ekonomis dan potensial untuk ditajak. Adapun, jumlah sumur yang akan dioptimalkan kembali lebih dari 100 lubang.
“Dari studi tersebut diharapkan dilanjutkan dengan melakukan pemboran vertikal MNK untuk mendapatkan data properti reservoir MNK dan memilih zona terbaik untuk dilakukan pemboran multi stages fractured horizontal well [MSFHW],” kata Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf saat dikonfirmasi, Kamis (15/6/2023).
Kendati demikian, dia menerangkan, kebutuhan investasi untuk melakukan pengembangan sumur tua itu terbilang besar jika dibandingkan dengan sumur-sumur konvesional.
“MNK ini membutuhkan lebih banyak sumur dan dilakukan secara menerus dibandingkan konvensional untuk mencapai produksi yang sama sehingga investasi yang dibutuhkan akan besar dan terus menerus,” kata dia.