Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri China Li Qiang berjanji bahwa negaranya akan memperluas akses ke pasar dan terbuka akan produk impor.
"Kami akan terus mendorong keterbukaan, dengan inklusivitas yang lebih besar dan pembagian keuntungan. China akan secara aktif memperluas [membuka pasar terhadap produk] impor ,” ujar Li dilansir dari Bloomberg, Minggu (5/11/2023).
Disebutkan dalam laporan, Li bersumpah untuk melindungi hak-hak dan kepentingan para investor asing sesuai dengan hukum.
Sebelumnya, kritikan muncul setelah ukuran investasi asing ke dalam perekonomian terbesar kedua di dunia ini negatif untuk pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada 1998.
Sementara itu, janji untuk meningkatkan impor dari negara-negara lain muncul di tengah perlambatan ekonomi China, yang telah mengganggu permintaan barang-barang dari seluruh dunia.
Awal bulan ini, China melaporkan bahwa impor turun sebesar 6,2% pada bulan September, turun tujuh bulan berturut-turut.
Baca Juga
Sejalan dengan hal tersebut, China juga berusaha menarik investor lebih banyak ke negaranya untuk membantu pemulihan ekonomi. Meski demikian, para ekonom mengatakan bahwa penurunan investasi asing mencerminkan berkurangnya keinginan perusahaan-perusahaan asing untuk menempatkan kembali keuntungan yang mereka peroleh di Negeri Tirai Bambu tersebut.
Hal ini disebabkan oleh hubungan yang tegang dengan Negara Barat dan meningkatnya daya tarik untuk menyimpan uang tunai di luar negeri. Sebagaimana diketahui, negara-negara maju telah menaikkan suku bunga sementara China justru memangkasnya untuk menstimulasi ekonomi.
Pada kesempatan yang sama, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyampaikan akan bekerja sama dengan China secara konstruktif.
Albanese menghadiri pameran tersebut untuk mempromosikan ekspor dan bisnis Australia. Pasalnya, China baru-baru ini menghapus pembatasan perdagangan pada barley, batu bara, dan kayu Australia, sebuah langkah yang dilakukan setelah hubungan yang membeku antara Canberra dan Beijing.
Dari Tanah Air, kinerja impor nonmigas China dari Indonesia tercatat terus mengalami penurunan setidaknya selama kuartal III/2023.
Mengacu data Badan Pusat Statistik, pada Juli 2023, China melakukan impor dari Indonesia dengan nilai sebesar US$4,93 miliar atau turun 1,97% (year-on-year/yoy). Sementara pada Agustus 2023 sebesar US$5,38 miliar (-12,69%), dan pada September 2023 senilai US$5,17 miliar atau turun 15,9%.