Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA (BBCA) David Sumual memproyeksikan inflasi pada Oktober 2023 akan mencapai 2,55% secara tahunan atau (year-on-year/yoy).
Angka tersebut lebih tinggi dari realisasi inflasi September 2023, yang sebesar 2,28% (yoy).
David menilai proyeksi inflasi tersebut akibat harga pangan, di mana base effect dari kenaikan harga BBM sudah hilang. Namun, harga pangan memang naik secara bulanan.
Terlebih, David memantau harga beras melalui Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) milik Bank Indonesia, yang sudah naik menjadi double digit.
“Secara tahunan semua bahan pangan naik harganya. Data PIHPS kenaikan harga beras lumayan, YTD [year-to-date] 16%,” katanya, Rabu (1/1/2023).
Menurutnya, Indonesia masih harus fokus dalam penanganan soal pangan dengan kondisi El Nino, serta harga minyak yang merangkak naik.
Baca Juga
Di sisi lain, David melihat inflasi secara bulanan atau month-to-month (mtm) pada Oktober 2023 akan mencapai 0,26%. Sementara inflasi inti sebesar 2,05% (yoy) dan 0,05% (mtm).
Proyeksi David terpantau mendekati rata-rata ramalan konsensus ekonom Bloomberg, yang sebesar 2,54%.
Berdasarkan data konsensus tersebut, di mana estimasi tertinggi sebesar 2,79% yoy dan estimasi terendah 2,01%. Secara bulanan, inflasi Oktober 2023 secara rata-rata diperkirakan sebesar 0,19% (month-to-month/mtm), dengan estimasi tertinggi 0,39% mtm dan estimasi terendah deflasi -0,26% mtm.
Sebelumnya pada Konferensi Pers APBN Kita pekan lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa kenaikan harga beras yang terjadi di seluruh dunia, termasuk di dalam negeri, menjadi perhatian pemerintah saat ini.
“Harga beras yang tadinya di level Rp12.100 per kg sekarang di lebel Rp14.000 per kg, inilah situasi yang kita hadapi, yang mempengaruhi komoditas baik karena geopolitik, kondisi keuangan AS yang volatile, dan karena adanya perubahan iklim atau faktor iklim yang mempengaruhi komoditas pangan seperti beras,” katanya.
Dari sisi inflasi, Sri Mulyani mengatakan bahwa laju inflasi umum memang cenderung turun, tapi inflasi pada komponen harga bergejolak atau volatile food mengalami tren peningkatan sejak Juli 2023.
“Untuk volatile food, kita lihat terjadi kenaikan yang cukup tinggi dari Juli ke September ke 3,6% yang tadinya mendekati deflasi,” jelasnya.