Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Melonjak Akibat Serangan Hamas ke Israel

Harga minyak tercatat melonjak setelah serangan mendadak Hamas terhadap Israel yang mempengaruhi ketegangan di Timur Tengah.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -  Harga minyak dunia telah naik lebih dari 3 persen setelah serangan mendadak Hamas terhadap Israel yang mempengaruhi ketegangan di Timur Tengah. 

Diketahui bahwa minyak West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di atas US$85 per barel pada awal perdagangan Asia, karena premi resiko perang kembali masuk ke pasar. Para pedagang juga khawatir eskalasi kekerasan yang kini terjadi di Timur Tengah, dapat memicu perang proksi yang lebih merusak, yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan Iran. 

Peristiwa terbaru di Israel tersebut tidak langsung menimbulkan ancaman terhadap pasokan. Namun, setiap kemungkinan adanya pembalasan terhadap Iran di tengah laporan bahwa Republik Islam terlibat dalam serangan tersebut, akan memicu kekhawatiran atas Selat Hormuz. 

Adapun, Selat Hormuz adalah jalur pelayaran penting yang sebelumnya diancam akan ditutup oleh Teheran, yakni ketika Amerika Serikat (AS) mengirimkan kapal perang ke wilayah tersebut.

Analis ANZ Group Holdings Ltd. Brian Martin dan Daniel Hynes dalam sebuah catatan, mengatakan bahwa kunci bagi pasar adalah apakah konflik tetap terkendali atau menyebar ke wilayah lain, khususnya Arab Saudi. 

“Paling tidak, tampaknya pasar akan berasumsi bahwa situasi ini akan tetap terbatas dalam hal cakupan, durasi, dan konsekuensi terhadap harga minyak. Namun volatilitas yang lebih tinggi diperkirakan akan terjadi,” jelasnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (9/10/23). 

Kontrak berjangka WTI dan Brent London telah merosot pada Oktober 2023, dengan penurunan sebesar US$10 per barel. Penurunan tersebut terjadi karena adanya kekhawatiran terhadap perekonomian di seluruh dunia dan tingginya suku bunga yang membuat prospek permintaan menjadi kurang jelas. 

Kekhawatiran tersebut kemudian menutupi kondisi bullish yang membuat harga minyak menguat pada kuartal III/2023, karena keseimbangan fisik mengetat akibat pemangkasan produksi minyak mentah yang dipimpin oleh Arab Saudi berlanjut. 

Para pengamat pasar minyak kemudian akan memantau tanda-tanda dampak yang lebih luas, yang melibatkan AS dan Iran setelah berbulan-bulan hubungan yang telah membaik. 

Iran telah mengekspor lebih banyak minyak dalam beberapa bulan terakhir, yang mungkin berkontribusi pada moderasi harga global. Iran juga melakukan kesepakatan pertukaran tawanan yang jarang terjadi dan membebaskan miliaran dolar dana yang dibekukan dari penjualan minyak sebelumnya.

“Jika Israel menyatakan diri dan secara langsung melibatkan Iran, kami yakin akan sulit bagi pemerintahan Biden untuk terus menerapkan rezim sanksi permisif seperti itu,” jelas analis RBC Capital Markets termasuk Helima Croft dalam catatannya. 

Mereka juga mengantisipasi bahwa para kritikus di Kongres dan tempat lainnya akan berpendapat bahwa Gedung Putih memberikan dana finansial kepada Iran, untuk mensponsori aktor-aktor jahat tersebut. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper