Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah meminta PT Pertamina (Persero) untuk fokus pada pengembangan lapangan-lapangan minyak dan gas (migas) besar di tengah tren penyusutan lifting setiap tahunnya. Bentuk kerja sama operasi atau KSO dengan kontraktor minor makin didorong lewat perbaikan terms and conditions.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan kementeriannya saat ini tengah mengurus proses peralihan 14 lapangan KSO lama menjadi New KSO. Seperti diketahui, dari 25 lapangan KSO yang saat ini dikerjasamakan Pertamina dengan subkontraktor pengeboran, 3 di antarannya telah dikonversi menjadi New KSO.
“14 KSO sedang akan dikonversi dan 3 dalam evaluasi,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, Selasa (3/10/2023).
Tutuka mengatakan konversi jenis kontrak kerja sama itu diharapakan dapat meningkatkan kegiatan produksi dari lapangan-lapangan kecil yang saat ini dimiliki Pertamina.
Dengan demikian, dia berharap, partisipasi subkontraktor swasta makin meningkat lewat tawaran kerja sama yang dinilai makin menarik tersebut.
“Bahwa bagi hasilnya sekian-sekian, sudah kami sampaikan, sudah jauh lebih baik daripada KSO yang lama, mestinya mendorong,” kata dia.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Pertamina Hulu Energi (PHE) per Agustus 2023, kontribusi lapangan KSO pada produksi migas mencapai 2.422 barel minyak per hari (BOPD) dan 9,58 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD).
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir sejak 2020, pertumbuhan produksi migas domestik mengalami peningkatan sebesar 1,45 persen.
Hingga Agustus 2023, PHE mencatat total produksi year to date (YTD) sebesar 1,04 juta barel minyak ekuivalen per hari (MMBOEPD) yang merupakan gabungan dari 570 ribu barel minyak per hari (MBOPD) serta 2.760 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD).
Hal ini dihasilkan dari penyelesaian pengeboran 502 sumur pengembangan, 511 kerja ulang pindah lapisan (work over) dan 21.764 reparasi dan intervensi sumur (well service well intervention).
Direktur Pengembangan dan Produksi PHE, Awang Lazuardi, mengungkapkan bahwa pencapaian tersebut bukan hal yang mudah karena dalam industri hulu migas saat ini, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi.
“Salah satunya adalah kondisi lapangan yang sudah mature di sebagian besar wilayah sehingga membutuhkan strategi untuk pengelolaannya,” kata Awang seperti dikutip dari siaran pers, Selasa (3/10/2023).
Lebih lanjut Awang menjelaskan bahwa salah satu strategi fundamental yang selama ini telah berjalan adalah kemitraan yang merupakan implementasi sinergi dengan berbagai macam mekanisme.
Selain itu terdapat mekanisme pengelolaan sumur tua dengan landasan Peraturan Menteri ESDM No. 1/2008 tentang Pedoman Pengusahaan Pertambangan Minyak Bumi pada Sumur Tua. PHE sudah melakukan reaktivasi sumur idle ini sebanyak kurang lebih 800 – 900 sumur per tahun.
“Dengan menjalankan strategi kemitraan, diharapkan kita dapat selalu berkonsolidasi untuk meningkatkan produksi serta mendapatkan temuan sumber daya baru guna mendukung ketahanan energi nasional,” kata Awang.