Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi beras pada September 2023 kembali mengalami kenaikan sebesar 5,61 persen (mtm) dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,18 persen.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyebut bahwa inflasi beras pada September 2023 secara bulanan merupakan yang tertinggi sejak Februari 2018 yang mencapai 6,25 persen.
"Kenaikan harga beras ini tentunya disebabkan berkurangnya pasokan akibat kemarau berkepanjangan dan juga penurunan produksi karena efek El Nino," kata Amalia, Senin (2/10/2023).
Secara terperinci, dia menjabarkan, harga gabah di tingkat petani pada September 2023 naik secara tahunan (year on year) maupun bulanan (month to month). Harga gabah kering panen (GKP) 11,69 persen (mtm), dan naik 26,7 persen (yoy). Selain itu, harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani naik 9,26 persen (mtm) dan 27,31 persen (yoy).
"Kenaikan harga gabah yang terjadi ini berdampak pada peningkatan indeks yang diterima petani (it) subsektor tanaman pangan, dan juga petani nasional," ujarnya.
Adanya kenaikan harga gabah tersebut membuat indeks yang diterima petani pun tercatat mengalami kenaikan sebesar 2,27 persen menjadi kenaikan yang tertinggi sepanjang 2023. Selain itu, andil peningkatan harga gabah terhadap perubahan (It) dibandingkan Agustus 2023 mencapai 1,84 persen (mtm). Andil tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang 2023.
Baca Juga
Seiring kenaikan harga gabah telah mendorong harga beras pada bulan September 2023 juga meningkat di tingkat penggilingan, grosir, maupun di pengecer.
Secara bulanan kenaikan beras tertinggi terjadi di level penggilingan yakni naik 10,33 persen (mtm) dan naik 27,43 persen (yoy). Dia menyebut faktor penyebab harga beras yang tinggi di penggilingan yaitu semakin terbatasnya produksi padi dan suplai gabah ke penggilingan padi.
Harga beras di tingkat grosir pada September 2023 meningkat sebesar 6,29 persen (mtm) dan naik 21,02 persen (yoy). Selain itu, rata-rata harga beras di pengecer atau tingkat konsumen pada September 2023 naik 5,61 persen (mtm) dan naik 18,44 persen (yoy).
"Kenaikan harga beras di tingkat pengecer pada September tahun ini lebih rendah dibandingkan kenaikan harga beras di tingkat penggilingan dan grosir," katanya
Adapun kenaikan harga beras yang cukup tajam terjadi di sentra-sentra produksi padi nasional, seperti di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Fenomena mahalnya harga beras di sentra produksi, kata Amalia menjadi indikasi terjadinya penurunan pasokan beras akibat penurunan produksi padi di provinsi sentra produksi.