Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Akhir Tahun Diprediksi Turun Jadi 2,6 Persen

Tingkat inflasi pada akhir 2023 diprediksi turun menjadi 2,6 persen atau lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi akhir 2022 yang sebesar 5,51 persen
Ilustrasi inflasi atau kenaikan harga bahan-bahan pokok. Pelanggan memilih barang kebutuhan di salah satu ritel modern di Depok, Jawa Barat, Minggu (30/7/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Ilustrasi inflasi atau kenaikan harga bahan-bahan pokok. Pelanggan memilih barang kebutuhan di salah satu ritel modern di Depok, Jawa Barat, Minggu (30/7/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan tingkat inflasi pada akhir 2023 akan turun menjadi sebesar 2,6 persen.

Perkiraan tingkat inflasi tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada akhir 2022 yang sebesar 5,51 persen.

Josua mengatakan, secara historis, inflasi pada kuartal keempat biasanya memberikan kontribusi sebesar 1,0 hingga 1,1 persentase poin (ppt).

“Kami memperkirakan inflasi akan mencapai 2,60 persen pada akhir 2023, karena rata-rata historis menunjukkan bahwa inflasi pada kuartal keempat biasanya memberikan kontribusi sekitar 1,0 ppt hingga 1,1 ppt terhadap angka inflasi umum,” katanya kepada Bisnis, Minggu (1/9/2023).

Adapun, hingga September 2023, Josua memperkirakan inflasi secara year-to-date/ytd akan mencapai 1,51 persen.

“Turun secara signifikan dari inflasi ytd sebesar 4,84 persen yang tercatat pada periode yang sama tahun sebelumnya, Januari hingga September 2022,” jelasnya.

Secara bulanan, dia memperkirakan inflasi September 2023 akan mencapai 0,08 persen (month-to-month/mtm), setelah tercatat deflasi 0,02 persen pada Agustus 2023.

Kenaikan ini menurut Josua didorong oleh penyesuaian harga minyak non-subsidi sebagai respons terhadap kenaikan harga minyak dunia, kenaikan biaya pendidikan yang bersifat musiman, serta kenaikan harga beras dan gula.

Secara tahunan, inflasi pada September 2023 diperkirakan menurun menjadi 2,16 persen (year-on-year/yoy), dari 3,27 persen yoy pada bulan yang sama tahun 2022. 

Inflasi inti pun diperkirakan terus menurun, dari 2,18 persen yoy pada Agustus 2023 menjadi 2,05 persen yoy pada September 2023. 

Meski demikian, Josua menyampaikan bahwa ke depan masih perlu diwaspadai risiko yang terkait dengan El Niño dan peristiwa cuaca ekstrem, yang dapat memberikan tekanan pada inflasi pangan. 

Dengan perkembangan tersebut, dia menilai Bank Indonesia kemungkinan tetap mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen hingga akhir 2023. Hal ini guna menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya ketidakpastian global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Editor : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper