Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lonjakan Harga Gabah Dongkrak Pendapatan Petani September 2023

Lonjakan harga gabah pada September 2023 mendorong peningkatan indeks harga yang diterima petani menjadi yang tertinggi di 2023.
Petani menjemur gabah hasil panen di Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Abdurachman
Petani menjemur gabah hasil panen di Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa lonjakan harga gabah pada September 2023 mendorong peningkatan indeks harga yang diterima petani menjadi yang tertinggi di 2023.

Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyebut, peningkatan indeks harga yang diterima petani pada September 2023 sebesar 2,27 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).

Selain itu, andil peningkatan harga gabah terhadap perubahan (It) dibandingkan Agustus 2023 mencapai 1,84 persen (mtm). Andil tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang 2023.

Adapun, secara terperinci, harga gabah di tingkat petani pada September 2023 naik secara tahunan (year on year) maupun bulanan (month to month).

Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp6.514 per kilogram, naik 11,69 persen (mtm) dari harga di Agustus 2023 sebesar Rp5.833 per kilogram atau naik naik 26,7 persen (yoy).

Begitu pun dengan harga rata-rata gabah kering giling (GKG) pada September 2023 mengalami kenaikan 9,26 persen (mtm) dari Rp6.760 per kilogram menjadi Rp7.386 per kilogram atau naik 27,31 persen (yoy) dibandingkan harga pada September 2022.

"Kenaikan harga gabah yang terjadi ini berdampak pada peningkatan indeks yang diterima petani (It) subsektor tanaman pangan dan juga petani nasional," kata Amalia, Senin (2/10/2023).

Kenaikan harga gabah telah mendorong kenaikan nilai tukar petani (NTP) subsektor tanaman pangan menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan subsektor lainnya pada September 2023 yakni mencapai 4,54 persen (mtm) dibandingkan Agustus 2023. 

Amalia menjelaskan bahwa kenaikan NTP subsektor tanaman pangan terjadi karena indeks harga yang diterima petani tanaman pangan naik sebesar 4,67 persen, lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,12 persen.

"Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks yang diterima petani tanaman pangan yaitu gabah, jagung, ketela pohon dan ketela rambat," ujarnya.

Dia menyebut kenaikan harga gabah dipicu oleh produksi yang berkurang di akhir tahun. Musim kemarau panjang sebagai dampak fenomena El Nino telah mengurangi jumlah pasokan gabah, sedangkan permintaan terus ada.

Adapun, harga GKP dan GKG di tingkat petani saat ini sudah jauh melampaui harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan pemerintah dalam Perbadan No.6/2023 sebesar Rp5.000 per kilogran untuk GKP dan Rp5.100 per kilogram untuk GKG.

Sebelumnya, berdasarkan catatan Bisnis, Senin (25/9/2023), Amalia menyebut adanya risiko penurunan luas panen dan produksi padi di akhir 2023 hingga berdampak pada defisit neraca beras bulanan.

Kerangka sampel area (KSA) yang diamati BPS mencatat luas panen padi pada September 2023 hanya 790.000 hektare, Oktober 730.000 hektare, dan November 530.000 hektare.

Begitu pun dengan produksi padi, kata Amalia, pada periode tersebut juga akan mengalami tren penurunan. Pada September 2023, produksi padi sebanyak 4,07 juta ton gabah kering giling (GKG), Oktober 2023 sebanyak 3,82 juta ton GKG, dan November 2023 sebanyak 2,88 juta ton GKG.

"Memang ini seperti siklus tahunan di akhir tahun selalu kita mengalami defisit produksi beras. Sementara kebutuhan konsumsi beras rata-rata per bulan sekitar 2,55 juta ton," ujar Amalia dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi, Senin (25/9/2023).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper