Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Melesat, Perekonomian Vietnam Tumbuh 5,33 Persen pada Kuartal III/2023

Pertumbuhan PDB ini lebih tinggi dibandingkan median estimasi dalam survei Bloomberg yang mencapai 5 persen
Mobil listrik Vinfast VF8 yang akan diekspor sedang diangkut ke kapal di Haiphong, Vietnam pada Jumat (25/11/2022). - Bloomberg/Linh Pham
Mobil listrik Vinfast VF8 yang akan diekspor sedang diangkut ke kapal di Haiphong, Vietnam pada Jumat (25/11/2022). - Bloomberg/Linh Pham

Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian Vietnam terus tumbuh selama dua kuartal berturut-turut, didukung oleh peningkatan kinerja manufaktur dan ekspor yang menjadi pendorong pertumbuhan utama negara.

Melansir Bloomberg, Jumat (29/9/2023), Kantor Statistik Umum (GSO) Vietnam melaporkan produk domestik bruto (PDB) naik 5,33 persen pada kuartal III/2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan median estimasi dalam survei Bloomberg yang mencapai 5 persen dan revisi ekspansi PDB 4,05 persen yoy pada kuartal sebelumnya. Data perdagangan yang dirilis oleh Kantor Statistik Umum juga menunjukkan ekspor kembali tumbuh di bulan September 2023.

Direktur GSO Nguyen Thi Huong mengatakan perekonomian Vietnam melanjutkan tren peningkatannya dengan peningkatan yang terlihat lebih jelas di banyak sektor. Selain itu, peningkatan ini juga sejalan dengan langkah-langkah pemerintah untuk mendukung bisnis.

”Namun, masih ada kebutuhan untuk mendorong lebih jauh, terutama untuk meningkatkan permintaan domestik,” ungkapnya.

Data PDB ini meningkatkan harapan bahwa pertumbuhan dapat semakin meningkat di tengah tanda-tanda awal pemulihan China yang mulai stabil. Survei manajer pembelian yang menunjukkan sektor manufaktur Vietnam kembali tumbuh di bulan Agustus, pertama kalinya dalam enam bulan, juga mendukung optimisme akan membaiknya permintaan.

Namun, kinerja satu kuartal belum cukup untuk menyimpulkan bahwa Vietnam telah keluar dari masalah. S&P Global Ratings memperkirakan pemulihan penuh hanya akan terjadi ketika permintaan global meningkat dan ketika Indonesia secara bertahap menyelesaikan tantangan-tantangan domestiknya.

Salah satu tantangan tersebut adalah lemahnya permintaan kredit, yang telah mendorong seruan berulang kali dari Perdana Menteri Pham Minh Chinh untuk kebijakan moneter yang lebih fleksibel. Bank sentral negara ini, yang telah memangkas suku bunga empat kali tahun ini, telah mengisyaratkan keterbatasan ruang untuk berbuat lebih banyak.

"Angka-angka ini menunjukkan pertumbuhan mulai stabil dan kembali ke sektor ekspor dan manufaktur yang sangat penting," kata Ruchir Desai, co-fund manager di AFC Asia Frontier Fund.

Namun, Desai melanjutkan, untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang jauh lebih tinggi akan tergantung pada pemulihan lebih lanjut dalam ekspor dan langkah-langkah pemerintah untuk memperkuat sentimen di lapangan dalam hal pengeluaran infrastruktur dan kebijakan yang terkait dengan sektor real estat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper