Bisnis, JAKARTA - Konflik di Pulau Rempang telah menjadi sorotan seiring dengan rencana investasi yang menggiurkan dari China.
Badan Pengusahaan (BP) Batam engah berupaya melakukan pembebasan atau pengembalian lahan dengan memasang patok lahan. Namun, tindakan tersebut mendapat penolakan keras dari warga.
Selain soal Pulau Rempang, terdapat pula informasi komprehensif lainnya yang menjadi pilihan redaksi BisnisIndonesia.id pada Sabtu (23/9/2023). Beberapa berita pilihan di antaranya adalah:
1. Mengurai Konflik Rempang di Tengah Urgensi Kelanjutan Investasi
Hingga saat ini, persoalan konflik tanah di Pulau Rempang yang terletak di Batam, Kepulauan Riau belum ada titik temu. Awal mula konflik ini terjadi bentrokan dikabarkan terjadi antara tim gabungan TNI-Polri dan warga Pulau Rempang di Jembatan IV Barelang, Batam, Kamis (7/9/2023) terkait dengan pembebasan lahan oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam.
Sebagian besar warga tak terima digusur dan direlokasi ke lokasi yang ditawarkan pemerintah. Pasalnya, warga merasa belum ada sosialisasi mengenai proyek investasi hingga skema dan besaran ganti rugi masih buram. Tak pelak jika aliran unjuk rasa terjadi meskipun disayangkan berujung bentrok antara aparat dengan warga. Akibatnya, proyek investasi mandek dan ada risiko batal jika tak juga ditemukan jalan tengah.
Nantinya, Pulau Rempang akan dikembangkan kawasan industri, jasa, dan pariwisata yang bernama Rempang Eco City. PT Makmur Elok Graha (MEG), anak perusahaan Grup Artha Graha milik Tomy Winata, mendapatkan HPL Pulau Rempang. Dengan adanya Rempang Eco City, ditargetkan bisa menarik investasi hingga Rp381 triliun dan akan menyerap 306.000 pada 2080.
2. Suku Bunga Tinggi, Cuan Bisnis Komisi Bank Melejit
Perbankan di Indonesia mencatatkan peningkatan pendapatan berbasis nonbunga (fee based income) yang signifikan di tengah tren tingginya suku bunga. Peningkatan fee based income juga didorong oleh layanan digital yang kian masif dikembangkan.
Berdasarkan data dari Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis OJK baru-baru ini, pendapatan operasional selain bunga dan bagi hasil bank, termasuk fee based income pada Juni 2023 telah mencapai Rp275,99 triliun, tumbuh 18,21 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Pendapatan nonbunga termasuk fee based income ini pun setidaknya berkontribusi pada pertumbuhan laba bank. Tercatat, bank umum di Indonesia mencatatkan laba bersih pada Juni 2023 sebesar Rp119,97 triliun, naik 23,42 persen yoy.
3. AdaKami & Fenomena Gunung Es Gagal Bayar Pinjol
Tingginya biaya layanan atau bunga pinjaman online salah satu platform, AdaKami menjadi buah bibir warganet . Misalnya saja dalam tangkapan layar yang diunggah akun di media sosial Twitter atau X, yang menampilkan jumlah pinjaman dengan jenis tunai, lengkap dengan biaya layanan, bunga, dan PPN.
Akun X yang dimaskud adalah @partaisocmed di X misalnya. Dijelaskan untuk pinjaman Rp3,7 juta dengan cicilan 9 bulan, maka peminjam harus mengembalikan dana dua kali lipat dari pinjaman yang diterima. Belum lagi, biaya tersebut biaya tersebut belum termasuk bunga senilai Rp187.460 dan PPN Rp159.178. Ditampilkan juga proses pencairan pinjaman yang hanya membutuhkan dua menit.
Jika ditelusuri dalam laman resmi AdaKami, disebutkan bahwa biaya layanan atau bunga pinjaman mengikuti ketentuan yang diatur oleh OJK dan AFPI, dimana tidak melebihi 0,4 persen per hari. Adapun bunga keterlambatan harian adalah maksimal 1,2 persen per hari dan tidak melebihi 100 persen pokok pinjaman.
4. China Beralih ke Batu Bara Premium dari Australia dan Rusia
China menambah pasokan batu bara dari Australia dan Rusia sebagai langkah untuk meningkatkan kualitas. Hal itu langsung membuat catatan impor melonjak seiring dengan pasokan dalam negeri yang tak memadai.
Impor batu bara China termasuk lignit berkualitas rendah mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar 44 juta ton pada Agustus 2023, seperti dikutip Bisnis.com yang melansir Bloomberg pada Kamis (21/9/2023).
Sementara itu, produksi dalam negeri sebesar 382 juta ton juga menjadi rekor untuk saat ini. Impor selama 8 bulan pertama juga mencatatkan dua kali lipat menjadi 306 juta ton, yakni lebih dari yang biasanya negara China impor dalam setahun.
5. PHK Industri Tekstil Belum Berhenti
Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) mengungkap kondisi terpuruknya kondisi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) berdampak pada industri hulu dan industri antara atau midstream seperti pemintalan benang.
Ketua Umum APSyFI, Redma Gita Wiraswasta mengatakan industri antara dalam konteks tekstil salah satunya pemintalan benang. Penurunan produksi dapat dilihat dari utilitas pabrik industri antara seperti serat poly yang hanya 50 persen, dan pabrik rayon 70 persen.
Fenomena pemutusan hubungan kerja di industri ini disebut telah terjadi satu tahun terakhir. Hingga kini, belum ada titik terang untuk menghentikan pengurangan tenaga kerja.