Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ancaman Inflasi Impor, Apindo Minta BI Kendalikan Pelemahan Rupiah

Apindo berharap Bank Indonesia dan pemerintah dapat bersinergi dalam mengendalikan pelemahan rupiah dan kenaikan inflasi.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani saat ditemui di Kantor Apindo, Jakarta, Selasa (3/1/2023)./Bisnis-Ni Luh Anggela
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani saat ditemui di Kantor Apindo, Jakarta, Selasa (3/1/2023)./Bisnis-Ni Luh Anggela

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyebut tren pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berpotensi mendongkrak inflasi impor.

Adapun, rupiah hanya menguat 1,2 persen (year-to-date/ytd) dibandingkan dengan apresiasi 1,78 persen hingga 23 Agustus atau 6 persen pada semester I/2023.

“Ini akan memberikan tambahan inflasi impor akibat semakin mahalnya barang-barang yang mesti dibeli oleh Indonesia dari luar negeri,” kata Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani kepada Bisnis, Kamis (21/9/2023).

Lebih lanjut, Shinta mengatakan, tingkat inflasi yang terlampau tinggi dapat memberikan tekanan terhadap biaya operasional perusahaan dan menggerus daya beli konsumen. 

Untuk mengatasi masalah inflasi, Apindo berharap agar pemerintah dan otoritas terkait dapat merumuskan dan menentukan kebijakan yang tepat dalam mengontrol harga-harga yang mulai tak terkendali. Pasalnya, inflasi yang terkendali merupakan salah satu syarat untuk menciptakan lingkungan usaha yang kondusif dan stabil bagi perekonomian yang berkelanjutan.

Apindo juga berharap Bank Indonesia dan pemerintah dapat bersinergi dalam mengendalikan pelemahan rupiah dan kenaikan inflasi. Menurutnya, kebijakan suku bunga dan intervensi valas oleh BI harus seimbang untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mencegah inflasi yang merugikan bagi perekonomian.

Di sisi lain, realisasi kebijakan penempatan devisa hasil ekspor (DHE) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) mendapat dukungan dari Apindo. Shinta menyampaikan, keduanya merupakan langkah yang positif untuk meningkatkan cadangan devisa negara dan mengurangi tekanan terhadap rupiah.

Agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan baik, Shinta menyarankan agar otoritas mendesain skema insentif yang menarik sehingga para eksportir secara sukarela memarkir dananya di sistem keuangan Indonesia.

Selain itu, lembaga keuangan dinilai perlu bergerak cepat dan responsif dalam menyediakan berbagai instrumen investasi yang menguntungkan bagi DHE, yang sebelumnya ditempatkan di luar negeri. 

“Kedalaman keuangan adalah kunci dalam menyukseskan kebijakan ini,” ujarnya.

Adapun, sejauh ini, upaya untuk mengalirkan valas ke dalam negeri melalui DHE dan SRBI memiliki potensi untuk memberikan dukungan terhadap stabilitas nilai tukar rupiah.

Kendati begitu, kata dia, dampaknya juga akan tergantung pada berbagai faktor. Ini termasuk termasuk situasi ekonomi global, kebijakan pemerintah, dan perkembangan pasar keuangan internasional.

“Apindo akan terus memantau perkembangan ini dan berkolaborasi dengan pemerintah dan lembaga terkait untuk menjaga stabilitas mata uang dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper