Bisnis.com, JAKARTA – Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 19-20 September 2023 waktu setempat.
Seperti dilaporkan oleh Reuters, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 5,25 persen—5,50 persen sambil tetap mempertahankan sikap hawkish. Para petinggi otoritas moneter Paman Sam tersebut pun memproyeksikan kenaikan suku bunga akan kembali terjadi pada akhir tahun, dengan mencapai level 5,50 persen—5,75 persen.
“Inflasi tetap tinggi,” ujar The Fed dalam FOMC, Rabu (20/3/2023) waktu setempat.
Salah satu pertimbangan The Fed menahan suku bunga acuan adalah pertumbuhan ekonomi dan data ketenagakerjaan yang lebih kuat dari perkiraan sebelumnya. Selain itu, kebijakan moneter The Fed kali ini, diklaim menjadi salah satu bentuk otoritas moneter AS tersebut untuk menjaga prospek ‘soft landing’ dari perekonomian Paman Sam.
Selain itu, dalam proyeksi triwulanan terbarunya, The Fed menunjukkan indikasi bahwa suku bunga acuan pada 2024 dapat kembali mengalami penurunan.
Suku bunga acuan The Fed alias Fed Fund Rate berpeluang turun menjadi 5,10 persen pada akhir 2023 dan 3,9 persen pada akhir 2023. Sementara itu, inflasi AS diproyeksikan turun menjadi 3,3 persen pada akhir tahun ini dan kembali turun menjadi 2,5 persen pada 2024. Selanjutnya pada 2025 inflasi kembali turun menjadi 2,2 persen.
Baca Juga
Keputusan The Fed dalam FOMC kali ini, selaras dengan perkiraan dari para ekonom, terutama dari kalangan perbankan dan sektor keuangan di Wall Street.
Ekonom dari Bank Of America, Barclays Plc, Citi, Deutsche Bank, Goldman Sach, JP Morgan Chase Co, Morgan Stanley dan Wells Fargo menjadi yang meyakini suku bunga acuan AS tidak akan berubah pada FOMC September 2023.
Para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg, juga memperkirakan proyeksi median bahwa akan ada satu kali kenaikan pada 2023 dan memperkirakan adanya pemangkasan jumlah kenaikan pada 2024.
"Mereka tidak cukup percaya diri untuk mengatakan bahwa mereka telah menaklukkan inflasi," jelas pendiri MacroPolicy Perspectives LLC dan mantan ekonom the Fed, Julia Coronado, dikutip dari Bloomberg, Rabu (20/9).
Menurutnya, inflasi masih terlalu tinggi sehingga opsi kenaikan suku bunga masih dibuka pada thaun ini. Dia juga berpendapat bahwa Presiden The Fed Jerome Powell tidak akan memberi kejelasan dalam pertemuan FOMC bulan ini.