Bisnis.com, JAKARTA – PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka mengusulkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp1 triliun pada 2024 untuk meningkatkan kapasitas produksi perusahaan.
Direktur Utama Inka Eko Purwanto menjelaskan peningkatan kapasitas produksi untuk perusahaan perlu dilakukan guna memperluas pasar ekspor dan memenuhi kebutuhan perkeretaapian domestik.
Eko menjelaskan, saat ini kapasitas produksi di pabrik Inka di Madiun hampir melewati batas kemampuan atau overload. Sementara itu, pabrik baru perseroan di Banyuwangi saat ini belum beroperasi secara maksimal.
“Dengan PMN, kami berharap kapasitas produksi baik di Madiun maupun Banyuwangi bisa naik sampai 2 kali lipat,” jelas Eko dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Selasa (19/9/2023).
Secara terperinci, Eko memaparkan dari total usulan PMN Rp1 triliun, sebanyak Rp271 miliar akan digunakan untuk pengembangan kapasitas produksi di pabrik perseroan di Madiun.
Eko menjelaskan, pihaknya akan meningkatkan fasilitas dan membeli mesin manufaktur bogie seharga Rp224 miliar, fasilitas propulsi dan pengereman sebesar Rp29 miliar, dan peningkatan fasilitas testing equipment seharga Rp18 miliar.
Baca Juga
Selanjutnya, sebanyak Rp729 miliar akan digunakan untuk membeli alat-alat produksi untuk pabrik perseroan di Banyuwangi. Secara rinci, Inka akan membeli mesin manufaktur carbody seharga Rp274 miliar, kemudian bangunan workshop line 2 senilai Rp87 miliar, fasilitas test track & equipment senilai Rp253 miliar, dan fasilitas pengujian kualitas seharga Rp38,5 miliar.
Selain itu, Inka juga berencana untuk menganggarkan pembelian mesin finishing senilai Rp58 miliar, sistem IT sebesar Rp10,5 miliar, serta handling equipment senilai Rp8 miliar.
Eko menambahkan, saat ini pabrik perusahaan di Banyuwangi belum beroperasi secara optimal. Dia mengatakan, saat ini Inka masih melakukan pembelian beberapa alat produksi dengan dana internal sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Dia berharap, suntikan PMN pada 2024 mendatang akan mampu mengoptimalkan kapasitas produksi pabrik tersebut. Apalagi, pabrik tersebut diarahkan untuk memproduksi kereta-kereta berpenggerak seperti KRL dan LRT yang dinilai memiliki potensi pasar yang cukup besar.